CINTA TERHALANG ( SHEILLA), BAB 1
Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
Sheilla berdiri di depan cermin, menata hijabnya dengan
penuh perhatian. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, sebuah majlis
ilmiah di universitas yang dihadirinya. Tema diskusi adalah tentang "Peran
Generasi Muda dalam Pembangunan Sosial." Meskipun excited, ia merasakan
sedikit kegugupan. Sheilla adalah mahasiswi tahun kedua jurusan Ilmu Sosial,
dan ini adalah kesempatan baginya untuk bertemu dengan para pemikir muda dan
mendengarkan pandangan mereka.
Setelah memastikan bahwa penampilannya rapi, ia bergegas
keluar. Ruang pertemuan di gedung fakultas sudah dipenuhi mahasiswa yang saling
berdiskusi. Suasana penuh semangat. Sheilla mencari tempat duduk yang
strategis, berharap bisa menyaksikan setiap pembicara dengan baik. Ketika acara
dimulai, ia terpesona oleh pemikiran-pemikiran cerdas yang disampaikan.
Di tengah sesi tanya jawab, seorang pemuda dengan aura
karismatik berdiri. Namanya Aidan, mahasiswa dari jurusan Ekonomi. Suaranya
tegas dan lugas saat ia mengajukan pertanyaan. “Bagaimana kita bisa memastikan
bahwa partisipasi generasi muda benar-benar berkontribusi pada perubahan yang
berarti?” Sheilla merasa hatinya bergetar mendengar pertanyaan itu. Aidan tidak
hanya cerdas, tetapi juga sangat percaya diri.
Setelah sesi selesai, Sheilla merasa ada dorongan untuk
mendekati Aidan. Ia mengumpulkan keberanian dan mendekati kelompok kecil yang
sedang berbincang di sudut ruangan. Saat ia menghampiri, Aidan sedang berbicara
dengan beberapa teman sekelasnya.
“Permisi, bolehkah saya ikut bergabung?” tanya Sheilla
dengan suara lembut, berusaha menutupi rasa gugupnya.
“Tentu saja! Saya Aidan,” jawab pemuda itu sambil tersenyum
hangat. Senyumnya membuat Sheilla merasa lebih tenang.
“Nama saya Sheilla,” katanya sambil memperkenalkan diri.
Mereka mulai berbincang tentang topik yang baru saja dibahas. Sheilla merasa
terhubung dengan Aidan ketika mereka berbagi pandangan tentang pentingnya peran
pemuda dalam masyarakat.
“Maksud saya, kita sebagai generasi muda harus lebih
proaktif, bukan hanya menunggu kesempatan. Kita harus menciptakan perubahan,”
kata Aidan dengan semangat. Sheilla mengangguk setuju, merasakan ketertarikan
yang mendalam terhadap pandangannya.
“Benar sekali! Saya setuju. Ada banyak cara yang bisa kita
lakukan, mulai dari mengorganisir kegiatan sosial hingga berkolaborasi dengan
komunitas,” sahut Sheilla, merasa energi positif antara mereka tumbuh.
Obrolan mereka berlangsung semakin hangat, membahas berbagai hal, dari isu sosial hingga hobi masing-masing. Ternyata, mereka sama-sama menyukai buku dan sering membaca novel-novel klasik. Sheilla tidak bisa menyembunyikan senyumnya ketika Aidan mulai berbagi tentang buku favoritnya.
“Saya suka sekali dengan ‘Pride and Prejudice.’ Karakter
Elizabeth Bennet sangat inspiratif,” ujar Aidan.
“Oh, saya juga suka! Elizabeth adalah sosok yang kuat dan
berpendirian,” balas Sheilla. Pembicaraan mereka semakin mendalam dan akrab,
membuat waktu terasa begitu cepat berlalu.
Saat majlis berakhir, Aidan mengajak Sheilla untuk bergabung
dalam kelompok diskusi informal di kafe dekat kampus. Sheilla merasa sangat
senang dan tidak ingin kesempatan ini terlewatkan. Mereka berdua berjalan
menuju kafe sambil terus berbincang, saling bertukar cerita tentang kehidupan
dan impian masa depan.
Di dalam hati, Sheilla merasa ada ikatan yang kuat mulai
terbentuk antara mereka. Ketertarikan yang tulus menghangatkan suasana. Aidan,
dengan sikapnya yang santai dan pandangan yang dalam, membuat Sheilla merasa
diperhatikan dan dihargai. Dia tidak hanya sekadar pemuda tampan, tetapi juga
seorang yang berisi.
Ketika mereka sampai di kafe, Sheilla menyadari bahwa
pertemuan ini lebih dari sekadar kebetulan. Ada sesuatu yang istimewa tentang
Aidan, sesuatu yang membuatnya merasa nyaman dan bersemangat. Pertemuan ini
mungkin adalah awal dari sebuah perjalanan yang tak terduga, yang akan mengubah
hidup mereka berdua.
Tidak ada komentar untuk "CINTA TERHALANG ( SHEILLA), BAB 1"
Posting Komentar