CINTA TERHALANG, BAB 20
Bab 20: Harapan di Ujung Jalan
Seiring berjalannya waktu, Sheilla dan Aidan menjalani hidup
masing-masing dengan cara yang berbeda. Meski mereka terpisah, cinta yang
mereka miliki tidak pernah pudar; sebaliknya, ia tumbuh menjadi harapan yang
menyinari langkah-langkah mereka. Dalam hati mereka, terdapat keyakinan bahwa
segala sesuatu yang terjadi memiliki tujuan.
Sheilla fokus pada pendidikannya. Setiap hari, ia bangkit
dengan semangat baru, bertekad untuk memenuhi impian yang telah lama
dicanangkan. Di tengah kesibukan kuliah, saat ia menghadapi ujian dan tugas-tugas,
sering kali bayangan Aidan melintas di pikirannya. Momen-momen indah bersama
Aidan menjadi sumber inspirasi baginya untuk terus maju. “Aku melakukan ini
bukan hanya untuk diriku, tetapi juga untuk kita,” bisiknya dalam hati.
Di sisi lain, Aidan melanjutkan usahanya untuk memulai
bisnis kecilnya. Ia bekerja keras, seringkali hingga larut malam, sambil terus
berdoa agar setiap usaha yang dilakukannya membawa berkah. Setiap kali ia
merasakan kebangkitan semangat, ia teringat pada Sheilla—sosok yang telah
memberikan warna dalam hidupnya. “Semoga kamu menemukan kebahagiaan yang kamu
cari,” ia selalu berdoa dalam hati, berharap yang terbaik untuk wanita yang
dicintainya.
Di setiap malam, sebelum tidur, keduanya menyempatkan diri
untuk berdoa. Mereka berdoa untuk masa depan yang lebih baik, untuk orang-orang
yang mereka cintai, dan untuk diri mereka sendiri. Dalam setiap doa, mereka
memohon agar Allah memberi mereka kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan
dan kebijaksanaan untuk menjalani hidup dengan penuh makna.
Suatu malam, Sheilla duduk di balkon sambil menikmati angin
malam yang sejuk. Ia memandangi bintang-bintang yang berkelip di langit, merasa
seolah-olah ada pesan yang dikirimkan dari jauh. Dalam hati, ia berbicara
kepada Allah, “Ya Allah, aku percaya bahwa setiap langkah yang aku ambil adalah
bagian dari rencana-Mu. Berikan aku petunjuk untuk menemukan jalanku dan
kebahagiaan yang sejati.”
Di tempat lain, Aidan juga memandangi langit malam, merasa
terhubung dengan Sheilla meski mereka terpisah oleh jarak. “Ya Allah, aku
berdoa untuk Sheilla. Lindungi dia dan berikan yang terbaik untuknya. Jika ada
cara untuk kami bertemu lagi di masa depan, semoga itu terjadi,” ia berbisik,
merasakan harapan tumbuh di dalam hatinya.
Hari-hari berlalu, dan keduanya berusaha untuk menjalani
hidup sepenuh hati. Meskipun rindu kadang menggigit, mereka berusaha untuk
tidak terlarut dalam kesedihan. Mereka tahu bahwa cinta yang tulus tidak selalu
berarti harus bersama secara fisik. Kadang, cinta itu adalah tentang mendukung
satu sama lain dari jauh.
Suatu pagi, saat Sheilla tengah berjalan menuju kampus, ia
melihat papan pengumuman yang mengumumkan acara reuni. Hatinya bergetar.
Kenangan bersama Aidan terlintas, dan ia merasa rindu yang mendalam. Namun, di
saat yang sama, ia tahu bahwa keputusan mereka untuk berpisah adalah yang
terbaik. “Jika memang ada jodoh, semoga Allah mempertemukan kita lagi di waktu
yang tepat,” pikirnya.
Begitu pula dengan Aidan. Saat ia melihat teman-temannya
berkumpul di kafe, mengenang masa-masa indah, ia teringat akan Sheilla.
Senyumnya mengembang saat mengenang tawa dan cerita-cerita yang mereka bagi. Ia
percaya bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalannya, bahkan jika tidak
hari ini.
Malam hari, saat keduanya bersiap tidur, mereka masing-masing
menuliskan harapan di dalam jurnal pribadi. Harapan-harapan itu mencakup
kebahagiaan, kesuksesan, dan rasa syukur atas segala yang telah mereka alami.
“Aku berjanji akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik, untuk diriku
sendiri dan untuk orang-orang yang kucintai,” tulis Sheilla, sementara Aidan
mencatat, “Cinta ini akan selalu ada, dan aku akan menjaga kenangan ini
selamanya.”
Tidak ada komentar untuk "CINTA TERHALANG, BAB 20"
Posting Komentar