CINTA TERHALANG, BAB 19
Bab 19: Jalan Terpisah
Setelah beberapa minggu mengandalkan iman dan saling
mendukung, Sheilla dan Aidan akhirnya mencapai titik yang penuh ketegangan
dalam hubungan mereka. Meskipun mereka saling mencintai dan berusaha semaksimal
mungkin untuk menjaga ikatan, kenyataan hidup yang keras mulai mengintimidasi
mereka. Diskusi yang mereka lakukan di taman semakin menguak pertanyaan yang
sulit untuk dijawab: Apakah cinta mereka cukup kuat untuk mengatasi segala
rintangan yang ada?
Suatu sore, di tempat yang sama di mana mereka sering
berbagi harapan, suasana terasa lebih berat. Aidan dan Sheilla duduk
berhadapan, tetapi kali ini, tatapan mereka dipenuhi keraguan.
“Aidan,” Sheilla memulai, suara bergetar. “Kita perlu bicara
tentang kita.”
Aidan mengangguk, merasakan ketegangan yang mengisi udara di
antara mereka. “Aku tahu. Aku merasakannya juga. Ada sesuatu yang berbeda.”
“Mungkin kita harus jujur tentang apa yang kita hadapi,”
kata Sheilla, berusaha mengatur kata-katanya. “Orang tuaku semakin mendesakku
untuk mengambil keputusan. Mereka ingin aku fokus pada pendidikan dan memilih
jalur yang mereka inginkan. Dan di sisi lain, aku merasa terjebak antara cinta
dan tanggung jawab.”
Aidan menatapnya dalam-dalam, merasakan sakit di hatinya.
“Sheilla, aku tidak ingin menjadi beban bagimu. Cinta kita tidak seharusnya
menyakiti. Kita harus mempertimbangkan apa yang terbaik untuk masing-masing
kita.”
Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Sheilla. “Tapi aku
mencintaimu, Aidan. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa kehadiranmu. Namun,
aku juga tidak ingin mengecewakan orang tuaku. Mereka sudah berkorban banyak
untuk masa depan aku.”
“Begitu juga dengan aku,” jawab Aidan, suaranya penuh emosi.
“Aku ingin kamu bahagia dan mencapai impianmu. Aku tidak ingin menjadi alasan
kamu merasa terjebak dalam hidup ini.”
Mereka terdiam sejenak, membiarkan perasaan mengalir di
antara mereka. Setiap detik terasa berat, tetapi keduanya tahu bahwa
perbincangan ini adalah langkah yang penting. “Apa kita tidak bisa menemukan
jalan tengah?” tanya Sheilla, penuh harapan. “Kita bisa berjuang bersama, tetap
berhubungan sambil mengejar cita-cita kita.”
Aidan menggelengkan kepala. “Kadang-kadang, cinta yang
sejati adalah merelakan. Kita tidak bisa saling mengorbankan masa depan
masing-masing demi sebuah hubungan yang mungkin tidak bisa kita jaga dalam
keadaan sekarang.”
Sheilla merasakan hatinya hancur, tetapi di sudut hatinya,
ia tahu Aidan benar. Cinta bukan hanya tentang memiliki; terkadang, cinta juga
berarti melepaskan. “Jadi, apa maksudmu?” tanyanya, suaranya hampir berbisik.
“Aku ingin kita memberi ruang satu sama lain untuk tumbuh,”
jawab Aidan, menahan air mata yang hampir jatuh. “Kita bisa tetap mencintai
satu sama lain, tetapi kita perlu fokus pada diri kita sendiri dan masa depan
kita. Mungkin kita bisa menemukan kembali satu sama lain di masa depan, ketika
situasi kita lebih baik.”
Sheilla merasakan kesedihan yang dalam. Ia tahu keputusan ini
tidak mudah untuk diambil, tetapi ia juga memahami bahwa cinta mereka tidak
boleh menjadi penghalang untuk kebahagiaan masing-masing. “Aku tidak ingin
kehilanganmu,” katanya, air mata menetes di pipinya.
“Aku juga tidak ingin kehilanganmu, Sheilla. Tetapi kita
harus jujur pada diri kita sendiri. Jika kita terus bersama dalam keadaan
seperti ini, kita berdua akan terluka lebih dalam,” Aidan menjawab, suaranya
penuh rasa sakit.
Akhirnya, dalam keheningan yang menyelimuti mereka, keduanya
sepakat bahwa jalan terpisah mungkin adalah pilihan terbaik untuk saat ini.
Dengan berat hati, mereka saling berpelukan, merasakan kehangatan terakhir yang
akan menjadi kenangan indah dalam hidup mereka.
“Selalu ada tempat khusus untukmu di hatiku,” Aidan
berbisik. “Apapun yang terjadi, aku akan selalu mencintaimu.”
“Dan aku juga akan selalu mencintaimu, Aidan. Ini bukan
akhir, tetapi awal dari perjalanan baru,” Sheilla menjawab, berusaha tersenyum
meskipun air matanya masih mengalir.
Setelah perpisahan itu, mereka kembali ke kehidupan
masing-masing dengan perasaan campur aduk. Sheilla mulai fokus pada
pendidikannya, berusaha memenuhi harapan orang tuanya. Meskipun ada rasa
kehilangan yang mendalam, dia menyadari bahwa setiap langkah yang diambil
adalah bagian dari pertumbuhannya sebagai individu.
Aidan juga berusaha untuk melanjutkan hidupnya, meskipun
bayangan Sheilla selalu menghantuinya. Dia kembali ke rencananya untuk memulai
bisnis, berusaha menemukan kebahagiaan di tempat lain. Meskipun mereka
terpisah, cinta yang mereka miliki tidak sepenuhnya hilang. Cinta itu
bertransformasi menjadi kenangan yang indah, menjadi bagian dari diri mereka
masing-masing.
Tidak ada komentar untuk "CINTA TERHALANG, BAB 19"
Posting Komentar