CINTA TERHALANG, BAB 18
Bab 18: Kekuatan Iman
Sheilla dan Aidan duduk di sebuah tempat yang tenang di
taman, tempat di mana mereka sering berbagi cerita dan harapan. Meskipun
situasi mereka masih rumit, ada rasa damai yang mengelilingi mereka saat mereka
berdoa bersama. Hari itu, mereka sepakat untuk menemukan kekuatan dalam iman,
percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi memiliki tujuan.
“Aku merasa sangat tertekan,” ungkap Sheilla dengan suara
lembut, menatap langit yang mulai menggelap. “Tapi aku tahu kita tidak bisa
menghadapi semua ini sendirian.”
Aidan mengangguk, meraih tangan Sheilla dengan lembut. “Ya,
kita harus menyerahkan semuanya kepada Allah. Dia yang lebih mengetahui jalan
terbaik untuk kita,” katanya. Mereka saling memandang, dan dalam tatapan itu,
ada harapan yang tak terucapkan.
Mereka mulai berdoa, mengungkapkan segala keraguan,
ketakutan, dan harapan mereka. “Ya Allah, kami memohon bimbingan-Mu dalam
setiap langkah yang kami ambil. Berikan kami kekuatan untuk menghadapi
tantangan ini dan kebijaksanaan untuk menerima takdir yang Engkau tentukan,”
Aidan memimpin doa dengan tulus, suara penuh pengharapan.
Sheilla menambahkan, “Kami ingin melakukan yang terbaik
dalam hidup kami, tetapi kami juga tidak ingin kehilangan satu sama lain.
Tolong tunjukkan jalan yang benar, dan beri kami kekuatan untuk saling
mendukung.”
Saat mereka berdoa, Sheilla merasa ketenangan mengalir ke
dalam dirinya. Ia teringat bagaimana iman telah menjadi bagian penting dalam
hidupnya sejak kecil. Dalam setiap kesulitan, selalu ada kekuatan yang muncul
dari keyakinan. “Aku percaya kita tidak sendiri dalam semua ini,” ujarnya
setelah doa selesai.
“Betul sekali. Aku merasa lebih ringan setelah berdoa,” kata
Aidan, matanya berbinar. “Setiap kali kita berdoa, kita mengingatkan diri kita
bahwa ada kekuatan lebih besar yang mengawasi kita.”
Mereka berbicara tentang iman mereka, berbagi pengalaman
yang menguatkan. Sheilla mengingat saat-saat sulit dalam hidupnya, ketika ia
merasa terpuruk dan tidak tahu harus berbuat apa. “Di setiap momen itu, doa
selalu menjadi tempat pelarian. Aku merasa seperti berbicara langsung kepada
Allah, dan Dia selalu mendengarkan,” ungkapnya.
Aidan mengangguk. “Aku juga merasakan hal yang sama.
Kadang-kadang, aku merasa bingung dan tidak tahu jalan mana yang harus diambil.
Tapi dengan berdoa, aku menemukan ketenangan dan keyakinan bahwa apapun yang
terjadi, aku tidak sendiri.”
Mereka berdua sepakat bahwa iman telah menjadi jembatan bagi
mereka dalam menghadapi setiap kesulitan. “Kita harus terus mengandalkan iman
kita, tidak peduli seberapa beratnya jalan yang harus kita lalui,” kata Aidan.
“Kita bisa bersama-sama menghadapi setiap tantangan, selama kita saling percaya
dan berdoa.”
Sheilla merasakan semangat baru di dalam dirinya. Ia tahu
bahwa meskipun ada banyak hal yang tidak bisa mereka kontrol, iman dan cinta
mereka akan membantu mengarahkan jalan. “Mari kita terus berdoa, baik untuk
diri kita sendiri maupun untuk orang tua kita. Mereka mungkin belum sepenuhnya
mengerti, tetapi aku percaya bahwa dengan waktu, mereka akan melihat betapa
pentingnya hubungan ini bagi kita,” ujarnya.
Aidan tersenyum, melihat kekuatan di balik kata-kata
Sheilla. “Ya, kita harus percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Takdir
kita tidak ditentukan oleh orang lain, tetapi oleh pilihan yang kita buat
dengan hati yang tulus.”
Sambil menikmati keheningan di sekitar mereka, mereka berdoa
lagi, kali ini dengan lebih mendalam. Mereka meminta agar Tuhan memberikan
bimbingan untuk orang tua Sheilla, agar mereka bisa memahami dan menerima
pilihan putri mereka. “Ya Allah, bimbinglah mereka agar mereka bisa melihat
cinta kami dan memberikan restu,” kata Aidan, dengan harapan dalam setiap kata.
Tidak ada komentar untuk "CINTA TERHALANG, BAB 18"
Posting Komentar