CINTA TERHALANG, BAB 13

 Bab 13: Kenangan Manis

Sheilla duduk di balkon rumahnya, memandangi langit senja yang memancarkan warna oranye keemasan. Dalam keheningan itu, kenangan indah bersama Aidan mulai memenuhi pikirannya. Setiap momen bersama Aidan terasa seperti harta karun yang tak ternilai, dan dalam suasana hangat ini, ia merasa seolah Aidan ada di sampingnya.

 

Satu per satu, gambar-gambar kenangan itu terlintas dalam benaknya. Dia teringat saat mereka pertama kali bertemu di kafe kecil di sudut kota. Senyum Aidan yang cerah dan tatapan matanya yang penuh semangat langsung mencuri perhatiannya. Mereka menghabiskan waktu berbincang tentang segala hal, dari impian masa depan hingga pengalaman lucu yang mereka alami. Saat itu, Sheilla merasa ada sesuatu yang istimewa, suatu ikatan yang tak bisa dijelaskan.

Malam itu, mereka berjalan-jalan di taman sambil bercerita tentang kehidupan masing-masing. Sheilla masih bisa merasakan sentuhan lembut tangan Aidan saat ia membawanya melihat bintang-bintang. “Lihat, ada bintang jatuh!” Aidan berteriak penuh semangat, dan Sheilla mengangkat wajahnya, mengharapkan sesuatu. Dalam hatinya, ia meminta agar momen ini tidak pernah berakhir.

Namun, kini momen-momen itu terasa seperti kenangan manis yang menambah rasa rindu di dalam hati Sheilla. Ia berusaha menahan air mata yang mulai menggenang. “Aidan, kenapa semua ini harus terjadi?” pikirnya. Meski rindu menyelimutinya, ia tahu bahwa ia harus tetap tegar. Baginya, Aidan adalah sosok yang kuat, dan ia ingin menjadi serupa, tidak hanya untuk dirinya tetapi juga untuk Aidan.

Setiap kali memikirkan Aidan, ia teringat pada dukungan dan dorongannya. Aidan selalu percaya bahwa Sheilla bisa melewati segala rintangan yang ada. “Jangan pernah menyerah, Sheilla. Kita akan melalui ini bersama,” kata Aidan saat mereka berada di tepi danau, berbagi impian dan harapan. Kata-kata itu menjadi mantra dalam hidupnya, mendorongnya untuk terus berjuang meskipun situasi semakin sulit.

Kenangan lain muncul, saat mereka merayakan ulang tahun Sheilla. Aidan menyiapkan kejutan sederhana namun penuh makna. Ia membuatkan kue cokelat, dan saat Sheilla melihat kue itu, hatinya meluap dengan kebahagiaan. Mereka tertawa dan bercanda, tidak peduli betapa sederhana pesta itu. Bagi Sheilla, kebahagiaan sejati tidak terletak pada hal-hal besar, tetapi pada momen-momen kecil yang diisi dengan cinta.

Kembali ke realitas, Sheilla menghela napas dalam-dalam. Ia menyadari bahwa meski rindu menggerogoti hatinya, ia tidak bisa membiarkan perasaan itu mengalahkan semangatnya. Ia berusaha menjaga harapan, yakin bahwa cinta mereka cukup kuat untuk bertahan melawan segala rintangan. Dia mengingat semua janji yang pernah mereka buat—janji untuk saling mendukung, mencintai, dan tidak menyerah.

Bulan demi bulan berlalu, dan Sheilla terus berdoa untuk Aidan. Dalam doanya, ia memohon agar Allah memberikan kedamaian dan kekuatan bagi mereka berdua. Setiap malam, sebelum tidur, ia membayangkan Aidan di sampingnya, berbagi cerita dan tawa, seperti yang selalu mereka lakukan. Hal itu memberinya kekuatan untuk tetap tegar, meskipun harapan tampak samar.

Suatu hari, saat membuka album foto lama, Sheilla menemukan foto-foto mereka. Di sana, mereka tersenyum bahagia, dikelilingi oleh teman-teman dan keluarga. Momen-momen itu mengingatkannya bahwa cinta mereka bukan hanya sekadar kenangan, tetapi juga bagian dari perjalanan hidup yang indah. Ia memutuskan untuk mencetak foto-foto itu, menempelkannya di dinding kamarnya, sebagai pengingat akan cinta yang tulus dan kekuatan yang bisa ia dapatkan dari kenangan itu.

 

Dengan penuh tekad, Sheilla bangkit dari tempat duduknya. “Aku akan berjuang, Aidan. Untuk kita,” katanya pelan, seolah Aidan mendengarnya. Dalam hatinya, ia berjanji untuk tidak hanya mengingat kenangan manis, tetapi juga menciptakan lebih banyak kenangan indah di masa depan. Dengan itu, ia merasa siap menghadapi apa pun yang akan datang, berpegang pada cinta yang telah terjalin di antara mereka.

Tidak ada komentar untuk "CINTA TERHALANG, BAB 13"