CINTA TERHALANG, BAB 12

 Bab 12: Cinta dalam Doa

Aidan duduk di sudut kamarnya, lampu remang-remang menciptakan suasana tenang. Setiap malam, ritual doanya menjadi momen intim dengan Tuhan. Dengan tangan terlipat dan hati penuh harapan, ia mengangkat suara untuk Sheilla, perempuan yang telah menjadi cahaya dalam hidupnya meski mereka terpisah oleh kesulitan.

Kondisi keluarga Sheilla yang sedang terpuruk membuat Aidan merasa tidak berdaya. Ia berdoa agar Sheilla diberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan tersebut, agar dia tidak merasa sendirian. Dalam setiap doanya, Aidan mencurahkan perasaan dan harapannya, meminta agar Allah menunjukkan jalan yang terbaik bagi mereka berdua.

“Ya Allah, berikanlah Sheilla ketabahan. Bantulah dia melewati ujian ini,” katanya dengan suara pelan, seolah-olah takut mengganggu ketenangan malam. Doanya bukan hanya sekadar permohonan, tetapi juga ungkapan cinta yang dalam. Ia percaya, dengan berdoa, ia bisa membantu Sheilla meski dari jauh.

Malam demi malam berlalu, dan Aidan mulai merasakan kekuatan baru dalam doanya. Setiap kali ia memanjatkan doa, seolah ada energi positif yang mengalir ke dalam dirinya. Ia berusaha untuk tetap optimis, walaupun ketidakpastian sering menghantui pikirannya. Doa-doanya menjadi pelipur lara, menjadikan setiap tantangan tampak lebih ringan.

 

Suatu malam, saat Aidan menutup matanya, ia teringat momen indah bersama Sheilla. Tawa mereka, percakapan ringan, dan momen-momen sederhana yang penuh makna. Semua itu membangkitkan rasa cinta yang kuat, dan ia bertekad untuk tidak menyerah. Dalam doanya, ia juga meminta agar Allah membuka hati Sheilla, agar ia dapat merasakan dukungan dan kasih sayangnya meski terpisah oleh jarak.

Hari-hari terus berganti, dan kabar baik mulai datang. Sheilla mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa ia perlahan-lahan pulih dari masa sulitnya. Aidan merasa lega, dan doanya semakin kuat. Setiap kali berita baik datang, ia mengucapkan syukur kepada Tuhan, meyakini bahwa doa dan harapannya tidak sia-sia.

Namun, ada juga momen-momen sulit ketika Aidan merasa putus asa. Ia bertanya-tanya apakah doanya cukup kuat untuk mengubah keadaan. Dalam keraguan itu, ia kembali ke doanya, menemukan ketenangan dalam keyakinan bahwa Allah selalu mendengarkan. Ia berusaha untuk tidak hanya berdoa untuk Sheilla, tetapi juga berdoa agar ia sendiri diberi kekuatan untuk terus berjuang.

“Ya Allah, aku mohon, berikan aku hikmah untuk mendampingi Sheilla dalam setiap langkahnya,” ujarnya, menyadari bahwa cinta sejatinya bukan hanya tentang rasa memiliki, tetapi juga tentang saling mendukung.

Seiring berjalannya waktu, Aidan merasakan ikatan mereka semakin kuat. Doa-doanya seakan membentuk jembatan antara dua hati, meski terpisah oleh tantangan. Ia yakin bahwa cinta dalam doa adalah cara terbaik untuk menghadapi segala kesulitan. Dalam setiap bait doanya, ia berharap agar Allah memberikan petunjuk yang ultimate untuk keduanya.

Kini, Aidan semakin mantap dalam keyakinannya. Ia percaya bahwa cinta yang tulus akan selalu menemukan jalannya. Dengan setiap doa yang terucap, ia berharap untuk menjadikan cinta mereka sebagai sumber kekuatan, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi Sheilla.

Kehidupan mungkin tidak selalu berjalan mulus, tetapi Aidan tahu, selama mereka saling berdoa dan mendukung, tidak ada tantangan yang terlalu berat untuk dihadapi. Dan dalam keheningan malam itu, Aidan melanjutkan doanya, dengan penuh harapan dan cinta yang mendalam untuk Sheilla.

Tidak ada komentar untuk "CINTA TERHALANG, BAB 12"