CINTA DALAM DILEMA, Bag. 2
Bab 2: Pertemuan Tak Terduga
Hari-hari setelah
pernikahan Rizki dan Sofia berlalu dalam nuansa penuh harapan dan kebahagiaan.
Namun, di balik senyum yang dipaksakan, Rizki merasakan ketegangan yang terus
menggerogoti hatinya. Setiap kali ia melihat Sofia, perasaan bersalah dan
kerinduan akan Aisha menghantuinya. Rizki berusaha untuk fokus pada perannya sebagai
suami, tetapi bayangan gadis berambut panjang itu tak bisa sirna dari
pikirannya.
Satu bulan setelah
pernikahan, Rizki menghadiri sebuah seminar di kota. Ratusan peserta berkumpul
di gedung megah, membahas berbagai topik. Rizki memanfaatkan kesempatan ini
untuk memperluas jaringan kerja, tetapi fokusnya terpecah. Ia berusaha
menyingkirkan pikiran tentang Aisha, namun semua usaha itu sia-sia.
Ketika seminar
berlangsung, Rizki tidak dapat menahan rasa kantuk. Di tengah pembicaraan yang
membosankan, ia mendengar suara yang sangat familiar. Suara itu melodius dan
menyenangkan, membuatnya terbangun dari lamunannya. Ia menoleh dan, seolah
dunia berhenti berputar, ia melihat Aisha berdiri di sudut ruangan, tertawa
bersama teman-temannya. Jantungnya berdegup kencang. Bagaimana mungkin ia
berada di sini?
Rizki merasa terjebak
antara keinginan untuk mendekati Aisha dan kewajibannya sebagai suami. Ia
berusaha menundukkan wajahnya, tetapi rasa ingin tahunya mengalahkan
ketakutannya. Setelah beberapa saat, ia memutuskan untuk keluar sejenak,
berusaha menenangkan pikirannya di luar gedung.
Di luar, Rizki
merasakan angin sejuk menerpa wajahnya. Ia merenung, berusaha meyakinkan diri
bahwa bertemu Aisha tidak akan menjadi masalah. Namun, hatinya berbisik lain.
Dalam keraguannya, ia kembali melangkah masuk ke dalam gedung. Saat ia mencari
kursi kosong, matanya secara tak sengaja bertemu dengan Aisha. Senyum manisnya
membuat dunia di sekelilingnya menghilang.
Rizki melangkah
mendekat, hatinya bergetar. "Aisha," panggilnya pelan, berusaha tidak
menarik perhatian orang lain. Aisha menoleh, terkejut melihat Rizki. “Rizki!
Tak kusangka akan bertemu di sini,” ujarnya, senyumnya tak pudar.
Mereka saling bertukar
cerita singkat tentang seminar dan pekerjaan mereka. Rizki merasa nyaman
berbicara dengan Aisha, dan rasa canggung yang sempat menghinggapi perlahan
menghilang. Namun, seiring berjalannya waktu, kesadaran akan statusnya kembali
menghantui Rizki. Ia tahu ia harus menjaga jarak.
Setelah seminar
berakhir, Aisha mengundang Rizki untuk bergabung dengan teman-temannya di kafe
terdekat. Rizki merasa ragu, tetapi ketertarikan dan rasa nyaman yang muncul
membuatnya tidak ingin melewatkan kesempatan ini. “Baiklah, satu cangkir kopi
saja,” jawabnya dengan hati-hati.
Kafe kecil yang mereka
pilih penuh dengan suasana hangat. Aroma kopi dan kue-kue yang baru dipanggang
memenuhi udara. Rizki duduk di seberang Aisha, dikelilingi oleh tawa dan canda
teman-temannya. Meski suasana ramai, fokusnya hanya tertuju pada Aisha. Setiap
senyuman dan tawa yang keluar dari bibirnya terasa menyejukkan hatinya.
“Aku tahu kau baru
menikah. Bagaimana perasaanmu setelah sebulan?” tanya Aisha, menatap Rizki
dengan mata penuh rasa ingin tahu. Rizki tertegun. Pertanyaan itu terasa
seperti panah yang menembus hatinya. Ia teringat betapa bahagianya Sofia di
malam pengantin, tetapi di saat yang sama, rasa bersalah menguasainya.
“Semua berjalan baik,
alhamdulillah,” jawab Rizki, berusaha menahan beban di dadanya. “Sofia adalah
wanita yang luar biasa.”
“Senang mendengarnya,”
Aisha menjawab, tetapi Rizki bisa merasakan nada kesedihan dalam suaranya.
Keduanya terdiam sejenak, mengamati satu sama lain. Rizki merasa ada ketegangan
di antara mereka, sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Setelah beberapa saat,
Aisha mengubah topik pembicaraan. Mereka berbicara tentang hobi, impian, dan
harapan masa depan. Rizki merasa terhubung dengan Aisha lebih dalam
dibandingkan sebelumnya. Meskipun ia tahu bahwa perasaannya tidak benar,
hatinya tetap terpikat pada gadis itu.
Saat malam semakin
larut, Aisha memutuskan untuk pulang. Rizki merasa seolah waktu berlalu begitu
cepat. “Rizki, aku senang bisa bertemu denganmu hari ini,” kata Aisha dengan
tulus. “Semoga kita bisa bertemu lagi.”
“Ya, aku juga senang
bertemu denganmu,” jawab Rizki, berusaha tidak menunjukkan betapa beratnya
perasaannya saat harus berpisah. Saat Aisha melangkah pergi, Rizki merasa
seolah sepotong hatinya ikut pergi bersamanya.
Di perjalanan pulang,
Rizki tidak bisa menyingkirkan perasaan campur aduk dalam dirinya. Ia mencintai
Sofia, tetapi mengapa perasaannya untuk Aisha begitu kuat? Pertemuan ini
membuka kembali luka yang belum sembuh, dan ia merasa semakin bingung. Ia tahu
bahwa perasaannya ini bukan sekadar cinta biasa; ini adalah panggilan yang
sulit untuk diabaikan.
Rizki berjanji pada dirinya sendiri untuk mencari jawaban atas semua ini. Ia ingin menjaga pernikahannya, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan cinta yang baru tumbuh dalam hatinya. Dengan hati yang berat, ia berharap bisa menemukan jalan keluar dari dilema yang kini menghantuinya.
Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, Bag. 2"
Posting Komentar