PEJUANG SUBUH, Bab 15: Pertemuan Besar


Bab 15: Pertemuan Besar

"Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik."

(QS. An-Nahl: 125)

Setelah beberapa pekan berjalan dengan istiqamah, sebuah ide muncul dari Amir — ya, Amir yang dulu paling sering bolos Subuh kini malah yang paling antusias menyebarkan semangat.

“Apa kita bikin Subuh Akbar?” usulnya saat duduk bersama Arkan dan Ayyub di teras masjid. “Sekali-kali, kita ajak kampung ini lihat betapa indahnya Subuh kalau dijalani bareng-bareng.”

Arkan menatap Ayyub. Mereka tahu, ini bukan perkara kecil. Tapi mereka juga tahu, inilah saatnya.

“Bukan hanya soal ramai,” kata Ayyub, “tapi tentang menghidupkan semangat yang mungkin hampir padam di hati banyak orang.”

Rafi, yang sempat menghilang karena proyek kampus, langsung membuat desain poster digital bertuliskan:

SUBUH AKBAR
“Satu Subuh, Satu Langkah ke Surga”
🕌 Masjid Al-Hikmah | 📅 Ahad Pagi | ⏰ 04.30 WIB
Kajian singkat, sarapan bersama, dan halaqah pemuda

Poster itu tersebar luas. Grup WhatsApp warga penuh dengan diskusi. Beberapa menyambut baik. Ada pula yang skeptis.

Tapi Arkan tahu: dakwah itu bukan soal meyakinkan semua orang. Tapi menghidupkan satu hati, satu jiwa.

Hari Ahad pun tiba. Masjid Al-Hikmah dibersihkan sejak malam sebelumnya. Karpet dibersihkan, penerangan diperbaiki. Bahkan ibu-ibu pengajian ikut membantu menyiapkan sarapan.

Dan ketika waktu menunjukkan pukul 04.15, satu per satu orang mulai berdatangan. Ada anak-anak, remaja, bapak-bapak, bahkan warga dari kampung sebelah.

Arkan menatap dari dalam. Hatinya bergetar. Suara adzan berkumandang dengan indah. Dan saf... mulai terisi, sampai halaman masjid.

Subuh itu bukan hanya “akbar” dari segi jumlah — tapi dari semangat, dari niat, dari getaran jiwa.

Usai shalat, Ustadz Rahmat menyampaikan tausiah pendek:

“Siapa pun yang hadir hari ini, telah membuktikan cinta. Cinta kepada Rabb-nya, yang memanggil bahkan sebelum matahari bangun. Dan cinta itu... tidak akan sia-sia.”

Sarapan sederhana — bubur dan teh hangat — disajikan. Anak-anak duduk tertib, para pemuda saling menyapa. Dan yang paling menyentuh: Hana hadir.

Meski tubuhnya lemah, ia tetap datang. Disambut pelukan hangat ibu-ibu, dan duduk di saf depan dengan mata berkaca.

“Terima kasih, Kakak-kakak,” bisiknya kepada Arkan. “Sekarang aku nggak merasa kecil lagi.”

Hari itu, Arkan menulis di jurnalnya:

“Hari ini Allah menunjukkan bahwa perjuangan tidak pernah sia-sia. Ketika niat murni, Allah akan kirim pasukan-Nya — bukan dari langit, tapi dari hati-hati yang ikhlas.”

Tidak ada komentar untuk "PEJUANG SUBUH, Bab 15: Pertemuan Besar"