PEJUANG SUBUH, BAB 13 : Malam Keputusan
Bab 13: Malam Keputusan
"Maka bertawakallah kepada Allah; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal."
(QS. Ali Imran: 159)
Malam itu langit cerah, tetapi hati Arkan tidak. Bintang-bintang bertabur seperti biasa, tapi ada kekosongan di dalam dadanya yang sulit dijelaskan. Setelah menjenguk Hana dan membaca surat kecilnya, ia merasa bahwa sebuah keputusan harus diambil — dan tidak bisa lagi ditunda.
Ia duduk di depan sajadah, dalam kamar yang gelap. Tak ada cahaya selain dari layar kecil ponsel yang memperlihatkan foto komunitas Pejuang Subuh — saf mereka yang dulu padat, senyum Ayyub, gaya santai Rafi, dan cengiran polos Faiz. Kini, wajah-wajah itu jarang muncul.
"Apa semua ini harus berakhir?" pikirnya.
Namun saat ia menunduk, tangan menyentuh lutut, dan kepala menyentuh sajadah, hatinya menjawab:
“Tidak. Ini bukan akhir. Ini justru titik balik.”
Arkan bangkit. Ia menulis panjang lebar di grup WhatsApp komunitas:
Teman-teman, aku tahu kita semua lelah. Dunia makin sibuk. Tapi izinkan aku ajak kalian kembali. Bukan untuk membentuk gerakan besar. Tapi cukup untuk Subuh pertama besok. Mari datang sebagai hamba, bukan pejuang. Sebagai yang dicintai Allah, bukan pencari perhatian. Subuh ini milik kita bersama. Mari rebut kembali.
Lalu ia mengirim pesan pribadi ke Ayyub:
Bro, kalau esok cuma aku dan kamu yang datang... itu sudah cukup. Karena kita bukan mencari banyak orang. Kita sedang mengabari Allah bahwa kami masih di sini. Siap diperintah. Siap tunduk.
Ayyub membalas hanya dengan satu kata:
"Siap."
"Besok bukan Subuh biasa. Besok aku memilih bangkit... sepenuhnya."
Tidak ada komentar untuk "PEJUANG SUBUH, BAB 13 : Malam Keputusan"
Posting Komentar