CINTA DALAM DILEMA, BAG.20
Bab 20: Nasihat Ustadz Hasan II
Rizki merasa semakin
terjebak dalam pusaran emosinya. Meskipun telah berusaha mendengarkan suara
hatinya, masih ada keraguan yang menghantuinya. Dalam upaya untuk menemukan
pencerahan, ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan Ustaz Hasan, sosok yang ia
anggap bijaksana dan dapat membantunya memahami situasi yang sulit ini.
Suatu sore, Rizki
mengunjungi pesantren tempat Ustaz Hasan mengajar. Aroma rempah-rempah dan
wangi kayu dari bangunan yang sederhana itu memberi rasa tenang yang ia
butuhkan. Setelah memasuki ruang belajar, Rizki menemukan Ustaz Hasan sedang
duduk di atas karpet, dikelilingi oleh beberapa santri yang sedang belajar.
“Assalamu’alaikum,
Ustaz,” sapa Rizki, sambil menghampiri.
“Wa’alaikumsalam,
Rizki. Apa kabar? Ada yang ingin kau diskusikan?” Ustaz Hasan menatapnya dengan
mata penuh perhatian, seolah bisa membaca beban di hatinya.
Rizki mengangguk dan
duduk di depan Ustaz. “Ustaz, saya merasa bingung dan tertekan dengan hubungan
saya. Saya terjebak antara Sofia dan Aisha. Keduanya mencintai saya, tetapi
saya merasa tidak bisa memilih salah satu dari mereka,” ungkap Rizki, suaranya
bergetar.
Ustaz Hasan
mengangguk, seolah memahami dilema yang dihadapi Rizki. “Kau berada dalam
situasi yang sulit, tetapi ingatlah bahwa setiap pilihan yang kita buat akan
mempengaruhi kehidupan kita dan orang lain. Cinta itu indah, tetapi kejujuran
adalah kunci dalam setiap hubungan.”
Rizki merasa sedikit
lega mendengar kata-kata Ustaz. “Tapi, Ustaz, bagaimana jika kejujuran saya
justru menyakiti orang yang saya cintai?” tanyanya, kebingungan terlihat jelas
di wajahnya.
“Rizki, kejujuran
memang bisa menyakitkan, tetapi lebih baik menghadapi kenyataan daripada terus
berbohong. Menduakan cinta hanya akan membawa dampak negatif, baik untukmu
maupun untuk orang-orang yang kau cintai,” Ustaz Hasan menjelaskan, suaranya
tegas tetapi lembut.
Rizki merenungkan
perkataan itu. “Jadi, Ustaz, jika saya jujur tentang perasaan saya, saya harus
memilih salah satu dari mereka? Apakah itu berarti saya akan menyakiti yang
lainnya?”
“Ya, tetapi kau harus
ingat bahwa dalam hubungan, semua orang berhak untuk tahu kebenaran.
Ketidakjujuran akan membawa kebohongan yang lebih besar di kemudian hari. Cinta
yang sejati tidak bisa dibangun di atas dasar kebohongan. Cinta yang tulus
membutuhkan komitmen dan kejujuran,” Ustaz Hasan menekankan, menatap Rizki
dengan serius.
“Namun, saya merasa
terikat dengan Sofia. Dia sudah banyak berkorban untuk saya,” Rizki berkata,
suara hatinya terasa berat. “Di sisi lain, Aisha juga sangat mencintai saya dan
berusaha menunjukkan bahwa dia bisa menjadi pasangan yang baik.”
“Pikirkan tentang apa
yang membuatmu bahagia dan apa yang kau inginkan dalam hidupmu, Rizki. Tanyakan
pada dirimu sendiri: Apakah kau siap untuk menjalani hidup dengan salah satu
dari mereka? Apakah kau melihat masa depan dengan mereka?” Ustaz Hasan mengarahkan
Rizki untuk merenung lebih dalam.
Rizki menarik napas
dalam-dalam, merasa pertanyaan itu menekan hatinya. “Saya ingin bahagia, Ustaz,
tetapi saya juga tidak ingin menyakiti mereka. Rasanya seperti saya menghadapi
jalan buntu.”
Ustaz Hasan tersenyum
lembut. “Terkadang, kita harus melangkah mundur untuk melihat gambaran yang
lebih besar. Cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang tindakan.
Jika kau benar-benar mencintai seseorang, kau harus bersedia melakukan yang
terbaik untuk kebahagiaannya, meskipun itu berarti kau harus melepaskannya.”
Mendengar kata-kata
itu, Rizki merasa hatinya bergetar. “Tapi bagaimana jika saya tidak siap untuk
melepaskan salah satu dari mereka? Saya merasa terjebak,” katanya, kebingungan
kembali merasuki.
“Rizki, melepaskan
bukan berarti kehilangan. Terkadang, melepaskan adalah cara terbaik untuk
memberi ruang bagi cinta yang lebih tulus. Jika kau tidak bisa mencintai
seseorang dengan sepenuh hati, lebih baik untuk jujur dan memberi kesempatan
bagi orang itu untuk menemukan kebahagiaannya sendiri,” Ustaz Hasan
menjelaskan.
“Jadi, jika saya
memilih Aisha, saya harus jujur kepada Sofia tentang perasaan saya?” Rizki
menegaskan, mulai memahami arahan Ustaz.
“Ya, tetapi lakukan
dengan cara yang penuh kasih. Beritahu Sofia bahwa kau menghargai semua yang
dia lakukan, tetapi perasaanmu telah berubah. Ingatlah bahwa setiap orang
berhak mendapatkan cinta yang tulus. Jangan biarkan ketidakpastian mengganggu
hidupmu dan hidup mereka,” Ustaz Hasan menambahkan, mendorong Rizki untuk
mengambil langkah berani.
“Apakah tidak ada cara
untuk memiliki keduanya?” Rizki bertanya, meskipun ia tahu jawabannya.
“Sejujurnya, Rizki,
jika kau menduakan, itu bukan cinta yang sejati. Itu hanya akan menciptakan
rasa sakit dan ketidakpercayaan. Cinta yang tulus membutuhkan komitmen. Dan
ketika kau berkomitmen, itu artinya kau harus siap menghadapi segala
konsekuensi,” Ustaz Hasan menjelaskan dengan tegas.
Rizki mengangguk,
meresapi setiap kata yang keluar dari bibir Ustaz Hasan. “Jadi, saya harus
mengambil langkah ini. Saya harus jujur pada diri sendiri dan kepada mereka
yang mencintai saya,” ia berkata, merasa seolah ada beban yang sedikit
terangkat.
“Benar, Rizki. Jangan
takut untuk mengambil keputusan. Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan
dalam ketidakpastian. Cintai dengan sepenuh hati, tetapi juga bersikaplah
jujur. Itu adalah kunci untuk menjalani hidup yang berkualitas,” Ustaz Hasan
menyemangati.
Setelah percakapan
itu, Rizki merasa hatinya lebih tenang. Ia tahu bahwa meskipun keputusan yang
harus diambil sulit, kejujuran adalah jalan yang harus diambil. Dengan
keberanian yang baru ditemukan, ia bertekad untuk berbicara dengan Sofia dan
Aisha. Ia ingin memberi mereka semua kebenaran dan memperjuangkan cinta yang
tulus.
“Terima kasih, Ustaz.
Nasihat Anda sangat berarti bagi saya,” Rizki berkata dengan tulus.
“Semoga Allah
memberimu petunjuk dan keberanian dalam setiap langkah yang kau ambil, Rizki.
Ingatlah bahwa cinta yang tulus tidak hanya untukmu, tetapi juga untuk orang
lain,” Ustaz Hasan membalas, senyum lembutnya memberikan kehangatan di hati
Rizki.
Saat Rizki meninggalkan pesantren, ia merasa lebih ringan. Meskipun perjalanan yang akan dilaluinya masih penuh dengan tantangan, ia yakin bahwa kejujuran dan keberanian akan membimbingnya menuju keputusan yang tepat. Dalam hatinya, ia tahu bahwa cinta yang sejati membutuhkan pengorbanan, dan ia siap untuk menghadapi segala konsekuensinya.
Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, BAG.20"
Posting Komentar