CINTA DALAM DILEMA, BAG.15

 Bab 15: Keputusan Sulit

 

Hari-hari setelah pertemuan dengan Sofia berlalu dengan cepat, namun ketegangan di antara mereka tetap ada. Rizki merasa seperti berada di persimpangan jalan yang sulit; di satu sisi ada Sofia, sahabat yang selalu ada untuknya, dan di sisi lain ada Aisha, cinta yang baru tumbuh di hatinya. Setiap kali Rizki melihat Sofia, rasa bersalah menggerogoti pikirannya. Ia tahu bahwa perasaannya terhadap Aisha semakin dalam, tetapi keputusan untuk berpindah dari persahabatan yang sudah terjalin tidaklah mudah.

 

Suatu malam, Rizki duduk sendirian di teras galeri tempat Aisha bekerja. Lampu-lampu kota berkelap-kelip di kejauhan, memberikan nuansa romantis yang kontras dengan pikiran yang bergejolak di dalam kepalanya. Aisha mendekat, membawa secangkir teh hangat, dan duduk di sampingnya.

 

“Kau terlihat murung, Rizki. Apa ada yang mengganggumu?” tanyanya lembut, menyentuh tangan Rizki dengan lembut.

 

“Semua ini… Aku hanya merasa terjebak,” Rizki mengungkapkan, menatap jauh ke depan. “Setiap kali aku bersama Sofia, aku merasa bersalah. Tapi di sisi lain, aku tidak bisa mengabaikan perasaanku terhadapmu.”

 

Aisha menarik napas dalam-dalam, jelas merasakan beratnya beban yang dipikul Rizki. “Aku mengerti, Rizki. Ini bukanlah situasi yang mudah untuk kita hadapi. Tapi apa yang kamu inginkan sebenarnya?” tanyanya, menatapnya dengan harap.

 

“Aku ingin bahagia, Aisha. Dan aku ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu. Namun, aku juga tidak ingin melukai Sofia lebih dalam lagi,” Rizki menjelaskan dengan kesedihan yang mendalam. Ia merasa terjepit antara cinta yang baru dan persahabatan yang sudah terbangun bertahun-tahun.

 

Malam itu, Rizki tidak bisa tidur. Ia merenungkan semua yang terjadi. Kecintaan pada Aisha membuat hatinya berbunga-bunga, tetapi rasa tanggung jawab kepada Sofia mengikatnya dalam ketidakpastian. Dalam suasana gelap, ia teringat akan ajaran agama yang mengajarkan tentang kejujuran dan tanggung jawab. Dia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah ia bisa hidup dengan keputusan yang akan ia ambil?

 

Keesokan harinya, Rizki memutuskan untuk menemui Sofia. Ia merasa bahwa ia harus jujur tentang perasaannya dan membicarakan apa yang selama ini mengganggu pikiran mereka. Dalam hati, ia berdoa agar Allah memberinya petunjuk dan kekuatan untuk berbicara.

 

Ketika ia tiba di rumah Sofia, ia melihat sahabatnya sedang duduk di teras, membaca buku. Sofia mengangkat kepalanya dan tersenyum, tetapi senyumnya seolah menyimpan beban yang tidak terucapkan. “Hai, Rizki. Ada yang ingin kau bicarakan?” tanyanya dengan nada cemas.

 

“Ya, Sofia. Aku ingin kita berbicara serius,” Rizki menjawab, berusaha menjaga suaranya tetap tenang meskipun hatinya berdegup kencang. “Aku merasa kita perlu membahas situasi kita sekarang.”

 

Sofia menutup bukunya dan menatap Rizki dengan serius. “Apa itu tentang Aisha?” Ia mengajukan pertanyaan yang langsung menyentuh inti permasalahan. Rizki mengangguk, merasakan air mata menggenang di matanya.

 

“Aku mencintainya, Sofia. Tapi aku tidak ingin kehilangan persahabatan kita,” Rizki mengungkapkan dengan suara bergetar. “Aku ingin kau tahu bahwa aku tidak berniat untuk melukaimu. Tapi perasaanku terhadap Aisha semakin kuat.”

 

Sofia terdiam, menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya. “Aku mengerti, Rizki. Tetapi bagaimana tentang semua kenangan yang kita miliki? Aku merasa dikhianati,” ujarnya, suaranya penuh dengan kesedihan. Rizki merasakan hatinya remuk melihat sahabatnya berjuang melawan perasaannya sendiri.

 

“Aku tahu, dan aku sangat menyesal jika ini menyakitkanmu. Aku tidak ingin menyakiti perasaanmu. Tapi aku juga tidak bisa menafikan perasaanku,” Rizki menjelaskan, berusaha mencari kata-kata yang tepat.

 

Sofia menghela napas panjang. “Aku hanya butuh waktu, Rizki. Semua ini sangat sulit untuk diterima,” katanya pelan. Rizki merasa bahwa mungkin Sofia butuh waktu untuk mencerna semuanya.

 

Setelah percakapan yang emosional itu, Rizki kembali ke rumahnya, merasa lebih berat dari sebelumnya. Dia tahu bahwa Sofia berhak mendapatkan kebahagiaan, tetapi dia juga berhak untuk mengejar cintanya. Namun, bagaimana cara menghindari pertikaian antara cinta dan tanggung jawab ini?

 

Malam itu, Rizki memutuskan untuk pergi ke masjid untuk bermuhasabah. Dia duduk di sudut yang tenang, merenungkan semua yang telah terjadi. Dalam keheningan malam, ia berdoa, “Ya Allah, tunjukkanlah jalan yang benar. Berilah aku petunjuk dalam mengambil keputusan ini.”

 

Dalam keheningan, Rizki teringat akan sabda Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan tentang memilih yang terbaik dalam setiap keputusan. Dia mulai merenungkan tentang dua aspek yang selama ini menjadi pusat pikirannya—cinta dan tanggung jawab. Dalam hati, dia merasa seolah ada dua jalan yang harus dia pilih.

 

Ketika Rizki pulang, ia merasa lebih tenang. Ia telah memutuskan untuk memberi waktu bagi Sofia untuk mencerna perasaannya, sementara ia akan tetap melanjutkan hubungannya dengan Aisha. Ia yakin bahwa dengan kejujuran dan komunikasi, mereka bisa menemukan jalan keluar yang baik bagi semua.

 

Namun, seiring waktu berjalan, situasi tidak menjadi lebih mudah. Sofia tampak menjauh, dan Rizki merasa tertekan. Setiap kali ia bersama Aisha, bayangan Sofia selalu menghantuinya. Dia tidak bisa sepenuhnya menikmati kebersamaan mereka karena rasa bersalah itu selalu ada.

 

Suatu sore, Rizki mengundang Aisha untuk pergi ke taman tempat mereka sering berkunjung. Saat mereka berjalan, Rizki merasa bahwa ia harus jujur kepada Aisha tentang perasaannya yang semakin berat. “Aisha, aku ingin berbicara,” ucapnya dengan suara pelan.

 

“Ada apa, Rizki?” Aisha menatapnya penuh perhatian.

 

“Hubungan kita… Aku merasa terbebani. Meskipun aku mencintaimu, rasa bersalah terhadap Sofia selalu menghantuiku. Aku tidak ingin kita terjebak dalam situasi ini,” Rizki mengungkapkan, hatinya bergetar.

 

Aisha terdiam, seolah mencoba memahami perasaannya. “Aku mengerti, Rizki. Ini semua sulit. Tapi kita tidak bisa terus-menerus menyembunyikan perasaan kita. Apa kau ingin berhenti?” tanya Aisha, suaranya lembut tetapi tegas.

 

“Tidak, aku tidak ingin berhenti. Aku ingin kita terus bersama, tetapi aku juga ingin menghargai perasaan Sofia. Kita perlu menemukan cara untuk membuatnya merasa diperhatikan,” Rizki menjawab, merasa sedikit lega bisa berbagi pikirannya.

 

Malam itu, Rizki dan Aisha berdiskusi panjang lebar tentang bagaimana cara mendekati Sofia dan mencari solusi yang baik bagi semua pihak. Mereka sepakat untuk mengajak Sofia berbicara dan berusaha mencari jalan tengah yang akan membawa kebahagiaan bagi mereka bertiga.

 

Namun, keputusan untuk bertahan atau melepaskan tetap menghantui pikiran Rizki. Ia tahu bahwa saat ia memilih Aisha, ia mungkin akan kehilangan persahabatan yang telah terjalin bertahun-tahun. Dan jika ia memilih untuk bertahan dengan Sofia, ia akan kehilangan kesempatan untuk mengejar cinta sejatinya.

 

Seminggu kemudian, Rizki mengundang Sofia untuk berbicara di taman lagi. Kali ini, ia merasa lebih siap. “Sofia, aku ingin kita berdiskusi lebih lanjut tentang apa yang telah terjadi. Aku tidak ingin kita terus menghindar,” ucapnya, suaranya tegas tetapi lembut.

 

Sofia mengangguk, matanya terlihat lelah. “Aku juga ingin berbicara, Rizki. Aku sudah mencoba memahami semuanya, tetapi ini semua terlalu menyakitkan,” ia mengungkapkan, air mata mulai mengalir.

 

“Mungkin kita bisa menemukan cara untuk saling mendukung,” Rizki mengusulkan. “Aku ingin kau tahu bahwa aku tetap menghargaimu dan persahabatan kita. Meskipun aku memilih untuk bersama Aisha, itu tidak akan mengubah perasaanku padamu sebagai sahabat.”

 

Sofia terdiam, meresapi setiap kata Rizki. “Aku menghargai kejujuranmu, Rizki. Mungkin aku perlu lebih banyak waktu untuk mencerna semuanya. Tapi aku ingin kita tetap bisa saling mendukung meskipun keadaan kita berubah,” ujarnya, suaranya penuh harapan.

 

Mendengar itu, Rizki merasa ada sedikit beban yang terangkat dari pundaknya. Ia tahu bahwa keputusan ini akan sulit, tetapi dengan kejujuran dan komunikasi, mereka bisa menemukan jalan untuk melanjutkan hidup masing-masing.

 

Dengan keputusan yang penuh pertimbangan, Rizki merasa bahwa ia telah mengambil langkah yang tepat. Ia mengajak Aisha untuk kembali menjalin hubungan mereka dengan rasa saling menghargai, sementara juga menjaga persahabatannya dengan Sofia. Dalam hatinya, ia yakin bahwa dengan waktu...




BERSAMBUNG....

Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, BAG.15"