CINTA DALAM DILEMA, BAG. 8

 Bab 8: Nasihat Ustadz Hasan

 

Pagi yang cerah itu membawa Rizki pada keputusan untuk mencari bimbingan spiritual. Ia merasakan bahwa jalan keluarnya tidak hanya bisa ditemukan melalui percakapan dengan teman, tetapi juga dengan mendengarkan nasihat dari seseorang yang lebih memahami nilai-nilai agama. Ustaz Hasan, seorang guru agama di masjid dekat rumahnya, selalu memberikan perspektif yang dalam dan menenangkan. Dengan tekad yang bulat, Rizki memutuskan untuk menemui Ustaz Hasan.

 

Setibanya di masjid, Rizki merasakan kedamaian yang menyelimuti tempat suci itu. Ia mengambil nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya yang penuh keraguan. Setelah melakukan salat sunah, Rizki melangkah menuju ruang mengaji di mana Ustaz Hasan biasanya berada.

 

“Assalamu’alaikum, Ustaz,” sapa Rizki dengan hormat ketika melihat Ustaz Hasan sedang duduk sambil membaca Al-Qur'an.

 

“Wa’alaikumussalam, Rizki. Apa kabar, nak?” tanya Ustaz Hasan, meletakkan Al-Qur'an dan mengarahkan perhatian penuh padanya.

 

“Alhamdulillah, Ustaz. Sebenarnya, saya ingin berkonsultasi dengan Ustaz tentang masalah pribadi,” Rizki menjelaskan, merasa sedikit gugup.

 

“Silakan, Rizki. Apa yang mengganggu pikiranmu?” Ustaz Hasan mengundang Rizki untuk duduk di sampingnya.

 

Setelah mengambil tempat, Rizki menceritakan dilema yang ia hadapi—perasaannya terhadap Aisha dan tanggung jawabnya kepada Sofia. Ia menggambarkan rasa terjebak yang ia rasakan antara cinta dan komitmen. “Ustaz, saya merasa bingung. Saya mencintai Sofia, tetapi perasaan saya terhadap Aisha juga semakin kuat. Saya tidak ingin menyakiti siapapun, tetapi saya juga tidak ingin hidup dalam kebohongan,” ungkap Rizki dengan penuh kejujuran.

 

Ustaz Hasan mendengarkan dengan seksama, wajahnya serius tetapi penuh empati. “Rizki, cinta adalah anugerah sekaligus ujian dari Allah. Dalam Islam, kita diajarkan untuk menjaga hati dan menghormati komitmen yang telah kita buat. Ketika kita menikah, itu adalah janji suci di hadapan Allah,” ujarnya lembut.

 

Rizki mengangguk, tetapi rasa cemas masih membebani pikirannya. “Saya tahu, Ustaz. Tetapi bagaimana jika perasaan itu tidak bisa saya kendalikan? Apa saya salah jika merasa tertarik kepada orang lain?”

 

“Rasa tertarik adalah hal yang wajar. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kita mengelola perasaan tersebut. Dalam Islam, kita diajarkan untuk mengedepankan akal sehat dan mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan. Cinta yang sejati bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang tanggung jawab dan komitmen,” Ustaz Hasan menjelaskan.

 

“Lalu, apa yang harus saya lakukan, Ustaz? Saya tidak ingin merusak rumah tangga saya, tetapi saya juga tidak bisa mengabaikan perasaan saya terhadap Aisha,” Rizki bertanya, matanya dipenuhi harapan akan jawaban yang bisa menuntunnya.

 

Ustaz Hasan memandang Rizki dengan lembut. “Kau perlu mengingat tujuan pernikahanmu. Cinta bukan hanya tentang kebahagiaan saat ini, tetapi juga tentang membangun masa depan yang baik. Cobalah untuk berkomunikasi dengan Sofia, menjelaskan perasaanmu dengan jujur. Ini mungkin akan menyakitkan, tetapi kejujuran adalah fondasi dari hubungan yang sehat,” sarannya.

 

Rizki merasa terbantu dengan nasihat tersebut. “Saya sudah mencoba berbicara, tetapi dia sangat terluka, Ustaz. Saya takut apa yang saya katakan hanya akan membuat semuanya semakin rumit,” keluhnya.

 

“Memang tidak mudah, Rizki. Tapi ingatlah bahwa Allah tidak menginginkan kita hidup dalam kebohongan. Terkadang, menghadapi kenyataan yang menyakitkan adalah langkah terbaik untuk mencapai kedamaian. Jika kau mencintai Sofia, tunjukkanlah dengan tindakanmu, bukan hanya kata-kata,” Ustaz Hasan menjelaskan.

 

Rizki mulai merenungkan kata-kata Ustaz Hasan. Ia menyadari bahwa ia harus berani menghadapi situasi ini dengan cara yang paling bijak. “Tapi, bagaimana jika keputusan saya merusak hubungan saya dengan Sofia?” tanyanya, suaranya bergetar.

 

“Setiap keputusan yang kita ambil pasti memiliki risiko. Namun, yang penting adalah niat di balik tindakan kita. Jika niatmu tulus untuk menyelamatkan hubungan, insya Allah, Allah akan memberikan jalan yang terbaik. Cinta yang sejati akan menemukan cara untuk bertahan, bahkan di tengah badai,” Ustaz Hasan menjawab.

 

“Terima kasih, Ustaz. Nasihat Anda sangat membantu. Saya akan berusaha untuk berbicara dengan Sofia lagi dan menjelaskan semuanya dengan lebih baik,” Rizki berkata dengan rasa syukur.

 

Sebelum pamit, Ustaz Hasan menambahkan, “Ingatlah selalu untuk berdoa. Minta petunjuk dari Allah, karena Dia lebih mengetahui apa yang terbaik untukmu. Dan jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang kau miliki, termasuk Sofia.”

 

Rizki meninggalkan masjid dengan pikiran yang lebih tenang. Nasihat Ustaz Hasan memberikan sedikit harapan di tengah kebingungannya. Ia bertekad untuk melakukan apa yang dianggap benar, meskipun itu berarti harus menghadapi kemungkinan pahit.

 

Saat ia melangkah pulang, hatinya dipenuhi harapan baru. Ia mulai merencanakan apa yang akan ia katakan kepada Sofia. Rizki tahu bahwa kejujuran adalah langkah pertama yang harus diambil. Mungkin, jika ia menyampaikan perasaannya dengan tulus, ada kemungkinan mereka dapat menemukan jalan keluar bersama.

 

Setibanya di rumah, suasana terasa hening. Rizki melihat Sofia duduk di ruang tamu, membaca buku. Dalam sekejap, rasa bersalah kembali muncul, tetapi ia berusaha menepisnya. “Sofia, bisakah kita berbicara sebentar?” tanyanya, suaranya pelan.

 

Sofia menatapnya, dan Rizki bisa melihat keraguan di matanya. “Tentu,” jawabnya dengan nada yang penuh kehati-hatian.

 

Mereka duduk berhadapan, dan Rizki merasakan ketegangan di antara mereka. Dengan hati yang berdebar, ia mulai berbicara, mengingat semua nasihat Ustaz Hasan. Ia bertekad untuk membuka hati dan menjelaskan perasaannya dengan sejujur-jujurnya.

 

“Pertama-tama, aku ingin minta maaf karena telah membuatmu merasa tidak nyaman. Aku tahu kau sangat terluka. Tapi aku perlu jujur tentang apa yang terjadi dalam pikiranku,” Rizki memulai, mencoba menjelaskan tanpa menyakiti perasaan Sofia lebih dalam.

 

Sofia hanya mendengarkan, dan Rizki merasakan tekanan di dadanya. Ia tahu bahwa ini adalah momen krusial dalam hubungan mereka. Dengan penuh keyakinan, ia melanjutkan, “Aku mencintaimu, tetapi aku juga merasakan hal yang berbeda terhadap Aisha. Ini membuatku sangat bingung. Aku tidak ingin menyakitimu, tetapi aku juga tidak bisa mengabaikan perasaan ini.”

 

Setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa sulit, tetapi Rizki tahu ia harus berani. “Aku ingin kita sama-sama mencari jalan keluar. Kita harus jujur satu sama lain, bahkan jika itu menyakitkan,” ujarnya dengan penuh harapan.

 

Sofia menatapnya dengan mata yang penuh air mata, dan Rizki merasa hatinya hancur. Ia tidak ingin melihat istrinya terluka. Namun, ia juga tahu bahwa mereka harus menghadapi kenyataan, tidak peduli seberapa sulitnya.

 

Malam itu, Rizki berdoa dengan penuh harapan, meminta kekuatan dan petunjuk. Ia berharap agar apapun yang terjadi, mereka bisa menemukan cara untuk melanjutkan hidup dengan cara yang baik dan penuh keberkahan.



Bersambung....

Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, BAG. 8"