CINTA DALAM DILEMA, BAG. 5
Bab 5: Bertanya pada Diri
Rizki duduk sendirian
di teras rumah, menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Hembusan angin yang
lembut membawa ketenangan, tetapi di dalam hatinya, gelombang emosi bergelora.
Ia merasa terjebak dalam labirin perasaannya sendiri. Pertanyaan yang terus
berputar di kepalanya adalah: Apakah ia berhak mencintai lebih dari satu
wanita?
Kehidupan
pernikahannya dengan Sofia selama ini berjalan baik, dan mereka telah membangun
banyak kenangan indah bersama. Namun, kehadiran Aisha mengubah segalanya. Cinta
yang tulus dan mendalam dari Aisha semakin sulit diabaikan, dan Rizki merasakan
diri terbelah antara dua perasaan yang sama kuat. Saat merenung, ia berusaha
mencari jawaban, tetapi semakin banyak pertanyaan yang muncul.
“Apakah cinta itu
seharusnya eksklusif?” tanyanya pada diri sendiri. Dalam ajaran Islam, cinta
dan komitmen kepada pasangan adalah nilai yang sangat penting. Rizki tumbuh
dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut, dan ia merasa
bertanggung jawab untuk memegang teguh prinsip-prinsip tersebut. Namun, hati
dan pikiran tidak selalu sejalan.
Ia teringat kembali
bagaimana ia pertama kali jatuh cinta pada Sofia. Senyumnya yang hangat,
ketulusan dalam segala hal yang dilakukannya, dan dukungan tak berujung membuat
Rizki merasa beruntung. Namun, saat ia mulai menjalin kedekatan dengan Aisha,
Rizki merasa ada sesuatu yang hilang dalam hubungannya dengan Sofia—sesuatu
yang mungkin tidak pernah ia sadari sebelumnya.
Berjam-jam Rizki
terbenam dalam pikiran, mencoba untuk menggali lebih dalam. “Apakah aku tidak
cukup bersyukur dengan cinta yang telah kuterima?” pikirnya. Sofia adalah
wanita yang luar biasa, dan ia selalu menghargai cinta yang diberikan Sofia
kepadanya. Tetapi bagaimana dengan perasaan yang ia miliki untuk Aisha?
Perasaan itu begitu kuat dan tulus, seolah memberi warna baru dalam hidupnya.
Rizki mengingat
kembali saat-saat bersamanya dengan Aisha. Tawa yang mereka bagi, perbincangan
mendalam, dan saat-saat ketika Aisha mendengarkan keluh kesahnya. Aisha
memiliki cara yang unik untuk membuatnya merasa dipahami dan diterima. Ia
merasa nyaman berada di samping Aisha, dan itu semakin menambah kebingungan di
dalam hati Rizki.
Namun, ia tahu bahwa
tidak adil untuk membandingkan dua cinta yang berbeda. Sofia dan Aisha adalah
dua individu yang berbeda, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangan.
Menyadari hal ini membuat Rizki merasa semakin tertekan. Ia merasa tidak pantas
untuk memiliki dua cinta, dan dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa salah satu
dari mereka pasti akan terluka jika ia tidak segera mengambil keputusan.
Di tengah merenung,
Rizki teringat pada nilai-nilai agama yang selalu diajarkan kepadanya. Cinta
sejati tidak hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang tanggung jawab dan
komitmen. Ia menyadari bahwa sebagai seorang suami, ia memiliki kewajiban untuk
mencintai dan menjaga Sofia dengan segenap hatinya. Apakah ia benar-benar bisa
membagi cinta itu, atau malah akan menyakiti kedua wanita yang ia cintai?
Pikiran-pikiran itu
membuatnya merasa terjepit. Rizki merasa terjebak dalam dilema yang tak
berujung. Dalam hatinya, ia berdoa agar Tuhan memberinya petunjuk. Ia tahu
bahwa keputusan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya, tetapi juga dua
wanita yang sangat berarti dalam hidupnya.
Hari-hari berlalu, dan
Rizki semakin merasa tertekan. Setiap kali ia melihat Sofia, hatinya dipenuhi
rasa bersalah. Ia melihat betapa bahagianya Sofia, betapa penuh cinta dan
pengertian wanita itu. Namun, ketika Aisha ada di dekatnya, semua ketegangan
seolah menguap, dan ia merasakan kebahagiaan yang berbeda. Dalam keheningan malam,
ia merindukan momen-momen sederhana yang membuatnya merasa hidup.
Suatu malam, Rizki
pergi ke masjid untuk menenangkan pikiran. Ia duduk di sudut, merenungkan semua
yang terjadi. Dalam keheningan, ia merasakan ketenangan yang dalam. Ia berdoa
agar Tuhan memberinya petunjuk untuk jalan yang benar. Setelah shalat, ia
berbincang dengan seorang ustaz yang ia kenal. Rizki mulai menceritakan dilema
yang dihadapinya.
“Rizki, cinta adalah
anugerah, tetapi juga amanah. Kita harus bijak dalam mencintai. Jika cinta kita
kepada seseorang mengarah pada perbuatan yang tidak baik atau menyakiti hati
orang lain, maka kita harus merenungkan kembali perasaan itu,” kata ustaz
tersebut.
Kata-kata itu
menyentuh hatinya. Rizki menyadari bahwa cintanya yang tulus kepada Aisha
mungkin membawa dampak yang lebih besar dari yang ia bayangkan. Ia tidak ingin
menjadi penyebab luka di hati Sofia, wanita yang selama ini telah mencintainya
dengan tulus.
Saat pulang ke rumah,
Rizki merasa lebih tenang. Ia tahu bahwa ia harus mengambil keputusan. Ia harus
jujur pada dirinya sendiri dan pada Sofia. Meskipun itu akan menyakitkan, ia
percaya bahwa kejujuran adalah yang terbaik untuk semua pihak. Dengan tekad
bulat, Rizki memutuskan untuk berbicara dengan Sofia.
Beberapa hari
kemudian, saat mereka duduk bersama di teras malam, Rizki merasakan kegugupan
yang mendalam. Hatinya berdebar, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa menunda
lebih lama. “Sofia, aku ingin membicarakan sesuatu yang penting,” katanya,
suaranya sedikit bergetar.
Sofia menatapnya
dengan penuh perhatian. “Tentu, Rizki. Apa yang ingin kau bicarakan?” tanyanya
lembut.
Dengan semua
keberanian yang ia miliki, Rizki mulai mengungkapkan semua perasaannya. Ia
berbicara tentang Aisha, tentang perasaan yang tidak bisa ia abaikan, dan
bagaimana hal ini membuatnya merasa tertekan. Ia berharap bisa menjelaskan
betapa berartinya Sofia dalam hidupnya, dan bahwa keputusan ini bukanlah
tentang kehilangan cinta, melainkan tentang kejujuran dan tanggung jawab.
Mendengar penjelasan
Rizki, Sofia terdiam sejenak, dan wajahnya terlihat semakin pucat. Ia tahu
bahwa ini adalah saat yang sulit. Namun, Rizki merasa lega karena akhirnya bisa
jujur pada diri sendiri dan pada Sofia. Dalam hatinya, ia berharap bahwa apa
pun yang terjadi, mereka berdua dapat menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.
Sofia menghela napas
dalam-dalam, dan Rizki bisa merasakan bahwa hatinya sedang bergetar. “Rizki,
aku tidak tahu harus berkata apa. Aku menghargai kejujuranmu, tetapi ini sangat
menyakitkan,” jawab Sofia pelan.
Rizki merasakan
kepedihan dalam suara Sofia. “Aku tidak ingin menyakitimu, Sofia. Kau adalah
segalanya bagiku. Aku hanya ingin kita bisa menghadapi ini bersama, tidak
peduli apa pun hasilnya.”
Sofia menundukkan
kepala, air mata mengalir di pipinya. “Aku ingin percaya padamu, Rizki. Tetapi
ini adalah sesuatu yang sulit untuk kuterima. Aku membutuhkan waktu untuk
merenung.”
Mendengar ini, Rizki merasakan beban di hatinya semakin berat. Dia ingin menjaga cinta yang mereka miliki, tetapi ia juga harus menghormati perasaan Sofia. Saat malam semakin larut, Rizki tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Keputusan ini akan membentuk masa depan mereka, dan ia hanya bisa berharap agar cinta yang tulus dapat menemukan jalannya, tidak peduli seberapa sulit perjalanan itu.
Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, BAG. 5"
Posting Komentar