CINTA DALAM DILEMA, BAG. 4

Bab 4: Cinta yang Tersembunyi

 Hari-hari berlalu setelah Rizki dan Sofia pindah ke rumah baru, dan rutinitas mereka berjalan dengan nyaman. Namun, satu hal yang tak terduga mulai muncul dalam kehidupan Rizki—perasaannya terhadap Aisha, seorang gadis yang sering berkunjung ke rumah mereka. Aisha adalah teman dekat Sofia, seorang desainer muda yang penuh semangat. Dengan senyuman ceria dan kepedulian yang tulus, ia sering membantu Sofia dalam proyek-proyek desain.

 

Rizki pertama kali merasakan ketertarikan ini ketika Aisha datang untuk membantu menata ruang tamu mereka. Ketika Aisha tersenyum sambil menyusun bantal di sofa, Rizki tidak bisa mengalihkan pandangannya. Ada sesuatu yang membuatnya terpesona, dan dia merasa bersalah karena memiliki perasaan ini. Ia mencintai Sofia, namun Aisha memiliki daya tarik yang tak dapat ia pungkiri.

 

Suatu sore, ketika Rizki berada di ruang kerja, ia mendengar tawa Aisha dan Sofia dari ruang tamu. Suara mereka terdengar penuh keceriaan, dan meskipun ia ingin ikut bergabung, ia memilih untuk tetap berada di balik meja kerjanya. Dalam hatinya, Rizki berjuang melawan perasaan yang semakin tumbuh. Ia menyadari bahwa perasaannya terhadap Aisha bukanlah sekadar rasa suka biasa.

 

Hari demi hari, Rizki berusaha menepis perasaannya. Ia berusaha bersikap normal saat Aisha ada di sekitar, meski hatinya berontak. Suatu malam, ketika mereka semua berkumpul untuk makan malam, Rizki merasakan ketegangan dalam dirinya. Aisha bercerita tentang mimpinya untuk membuka studio desain sendiri, dan saat ia berbicara, Rizki merasakan semangat yang tulus dalam suaranya.

 

“Rizki, kau harus datang ke pameran desain yang aku ikuti minggu depan! Aku sangat ingin kau melihat karya-karyaku,” Aisha mengajak, mata berbinar penuh harapan.

 Rizki hanya mengangguk, berusaha menahan detak jantungnya yang semakin cepat. “Tentu, Aisha. Aku pasti datang.”

 Sofia yang duduk di sebelahnya tersenyum. “Rizki sangat mendukungmu, Aisha. Dia adalah penggemar berat desainmu,” kata Sofia dengan bangga. Rizki tersenyum tipis, meski hatinya dipenuhi kegelisahan.

 Saat malam semakin larut, Aisha meminta izin untuk membantu membersihkan meja. Rizki melihatnya dari jauh, berinteraksi dengan Sofia dengan akrab. Dalam hati, ia merasa terasing, seolah ada dinding tak terlihat antara dirinya dan keduanya. Ia tahu ini tidak adil untuk Sofia, tetapi ia tidak bisa mengabaikan perasaannya.

 

Malam itu, Rizki merenung. Dia harus melakukan sesuatu untuk menuntaskan perasaannya. Namun, alih-alih membicarakannya dengan Sofia, ia memilih untuk menyimpannya dalam hati. Ia merasa bahwa perasaan ini adalah sesuatu yang harus ditangani sendiri.

 

Beberapa hari kemudian, saat Aisha datang untuk bekerja, Rizki merasakan ketegangan di antara mereka. Aisha terlihat lebih ceria dan antusias, tetapi Rizki hanya merasa semakin tertekan. Ia berusaha menjauh, tetapi saat mereka bertemu di ruang tamu, matanya tidak dapat mengalihkan pandangan dari wajah Aisha yang bersinar.

 “Apa kau baik-baik saja, Rizki?” Aisha bertanya, memperhatikan ekspresi wajahnya. Suara lembutnya membuat jantungnya berdebar.

 “Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah,” Rizki menjawab, berusaha menyembunyikan perasaannya.

 Aisha mengangguk, tetapi Rizki bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda di antara mereka. Ia merindukan momen-momen sederhana ketika mereka bisa tertawa dan berbagi cerita. Rindu yang tidak bisa ia ungkapkan. Di sisi lain, ia tahu bahwa perasaannya tidak bisa terus berlanjut tanpa menyinggung perasaan Sofia.

 Keesokan harinya, Rizki pergi menemui sahabatnya, Dani, untuk mencurahkan isi hatinya. Mereka bertemu di kafe kesukaan mereka, tempat di mana mereka sering berbagi cerita dan tawa. Rizki menceritakan segalanya—perasaannya terhadap Aisha, keraguannya, dan beban yang ia rasakan.

 “Rizki, cinta itu rumit. Tapi kau harus jujur pada dirimu sendiri. Jika kau merasa ada yang lebih dalam antara kau dan Aisha, kau tidak bisa terus mengabaikannya,” Dani berkata, memberikan pandangan yang lebih objektif.

 “Tapi bagaimana dengan Sofia? Dia adalah istriku. Aku tidak ingin menyakiti perasaannya,” Rizki menjawab, gelisah.

 “Cinta tidak selalu mudah. Tapi kau juga tidak bisa terus bersembunyi dari perasaanmu. Kau harus jujur, baik pada dirimu sendiri maupun pada Sofia. Jangan sampai ini berlarut-larut,” Dani menyarankan.

 Rizki pulang dengan banyak pertanyaan di kepalanya. Ia tahu bahwa Dani benar, tetapi ia juga tidak tahu bagaimana cara menghadapi situasi ini. Malam itu, saat Sofia tidur di sampingnya, Rizki merasa semakin tertekan. Dia ingin berbicara dengan Sofia, tetapi kata-kata itu terasa berat di tenggorokannya.

 Beberapa hari kemudian, saat Aisha datang lagi untuk membantu, Rizki merasa suasana semakin menegangkan. Ia melihat bagaimana Aisha menatapnya dengan penuh perhatian, dan ia tidak bisa menahan diri untuk tidak merasakan ketertarikan itu semakin dalam. Momen-momen kecil, seperti tawa mereka dan pandangan mata yang tidak disengaja, semakin menambah kerumitan perasaannya.

 Suatu malam, saat Sofia pergi berbelanja, Rizki dan Aisha berbincang-bincang di teras. Mereka berbagi cerita dan tawa, dan Rizki merasa seolah dunia mereka hanya berdua. Dalam momen tersebut, Rizki menyadari betapa kuatnya perasaannya terhadap Aisha. Namun, ia juga merasa sakit hati karena tidak bisa mengungkapkannya.

 “Aku senang kita bisa menghabiskan waktu bersama seperti ini, Rizki,” Aisha berkata, menatap bintang di langit malam.

 Rizki mengangguk, merasa bergetar. “Aku juga, Aisha. Ini adalah salah satu momen favoritku.”

 Namun, rasa bersalah menyelimuti Rizki. Ia tidak bisa terus hidup dalam kebohongan, tidak bisa terus membiarkan cinta ini tumbuh tanpa mengungkapkannya. Ia tahu bahwa keputusan harus diambil. Dengan hati yang berat, Rizki memutuskan bahwa ia perlu berbicara dengan Sofia. Meski takut, ia tahu bahwa kejujuran adalah jalan satu-satunya.

 Malam itu, setelah Aisha pulang, Rizki mengambil napas dalam-dalam. Ia memandang Sofia yang sedang membaca di sofa. Saat matanya bertemu dengan Sofia, hatinya bergetar. “Sofia, kita perlu bicara.”

Sofia menatapnya dengan penuh perhatian, dan Rizki merasakan bahwa momen ini akan menjadi titik balik dalam hidup mereka. Dalam hatinya, ia berdoa agar apapun yang terjadi, cinta mereka dapat bertahan.


Bersambung...

Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, BAG. 4"