CINTA DALAM DILEMA, BAG. 34-35

 Bab 34: Menghargai Sofia

 

Setelah melewati perenungan mendalam dan perpisahan yang sulit, Rizki merasa panggilan untuk lebih menghargai Sofia. Meskipun dia telah mengungkapkan perasaannya kepada Aisha, ada bagian dari dirinya yang menyadari bahwa Sofia adalah sosok yang penuh kasih dan telah berkorban banyak untuknya. Ini adalah momen di mana Rizki bertekad untuk memperbaiki hubungan mereka.

 

Pagi itu, Rizki bangun dengan tekad baru. Dia memutuskan untuk meluangkan waktu dan perhatian kepada Sofia. Dengan harapan yang membara di hati, ia merencanakan sebuah hari spesial untuk mereka berdua. “Aku ingin menunjukkan padanya bahwa aku menghargainya,” pikirnya. Rizki mengingat kembali kenangan indah mereka bersama—momen-momen ketika mereka tertawa, berbagi cerita, dan saling mendukung dalam masa sulit.

 

Setelah memikirkan rencana yang tepat, Rizki mengajak Sofia untuk makan siang di restoran favorit mereka. Dia berharap suasana yang nyaman dapat membuka jalan untuk percakapan yang lebih mendalam. Saat tiba di restoran, Rizki melihat Sofia sudah menunggu dengan senyuman, meskipun ada kelelahan di wajahnya. Dia tahu Sofia telah bekerja keras dalam beberapa minggu terakhir, dan ini menjadi titik awal untuk menunjukkan perhatian.

 

“Maaf kalau aku terlambat, Sofia. Aku ingin membuat hari ini spesial,” ujar Rizki sambil tersenyum. Sofia mengangguk, terlihat antusias meskipun dia tetap berusaha menyembunyikan lelahnya. Mereka duduk dan mulai memesan makanan. Selama makan, Rizki berusaha menggali lebih dalam tentang apa yang dirasakan Sofia.

 

“Sofia, bagaimana kabarmu belakangan ini? Aku tahu kamu banyak bekerja dan terkadang mungkin merasa terbebani,” tanyanya, berusaha memperlihatkan kepedulian. Sofia menatapnya dengan mata lembut. “Aku baik-baik saja, Rizki. Hanya saja kadang-kadang terasa berat,” jawabnya jujur. Rizki merasakan ada ketulusan dalam jawabannya, dan hal itu membuatnya semakin menghargai kehadiran Sofia.

 

Ketika makanan mereka tiba, Rizki mengajak Sofia untuk berbagi cerita. Ia mulai mengenang kembali momen-momen bahagia yang pernah mereka lalui. “Ingat ketika kita pergi hiking di gunung itu? Bagaimana kita hampir tersesat, tetapi bisa menemukan jalan pulang bersama?” Sofia tertawa kecil, “Iya! Itu sangat lucu. Aku ingat kita berdua panik, tapi akhirnya berhasil.”

 

Momen itu menjadi pembuka untuk percakapan yang lebih dalam. Rizki menyadari bahwa semua kenangan itu membentuk ikatan di antara mereka. “Sofia, aku ingin minta maaf jika selama ini aku kurang menghargai semua yang kau lakukan. Kadang aku terlalu fokus pada perasaanku sendiri hingga lupa akan pengorbananmu,” ungkap Rizki dengan tulus. Sofia terdiam sejenak, tampak terharu oleh kata-katanya.

 

“Aku menghargai itu, Rizki. Setiap hubungan pasti memiliki tantangan, dan kita berdua sama-sama berjuang,” jawab Sofia, suaranya lembut. Rizki merasakan beban di hatinya mulai terangkat. Ia sadar bahwa dialog ini sangat penting untuk hubungan mereka. “Aku ingin kita berusaha lebih baik, saling mendukung dan menghargai satu sama lain. Kita tidak boleh terjebak dalam perasaan kita sendiri,” lanjutnya.

 

Setelah makan siang, Rizki mengajak Sofia berjalan-jalan di taman terdekat. Udara segar dan pemandangan indah menambah suasana hati mereka. Selama berjalan, Rizki mengingatkan dirinya untuk lebih mendengarkan Sofia. Ia ingin membuat Sofia merasa dicintai dan dihargai. Dalam perjalanan itu, mereka berbagi impian dan harapan masing-masing. Rizki mendengarkan dengan seksama saat Sofia menceritakan tentang cita-citanya yang ingin menjadi seorang desainer grafis. Dia terpesona mendengar antusiasme Sofia.

 

“Rizki, aku benar-benar ingin mengejar mimpiku. Tapi kadang aku merasa ragu,” kata Sofia dengan jujur. Rizki merasa tergerak untuk mendukungnya. “Jangan ragu, Sofia. Aku percaya pada bakatmu. Jika kau butuh bantuan, aku akan selalu ada untukmu,” jawabnya dengan penuh keyakinan. Sofia tersenyum lebar, dan Rizki merasakan kehangatan di antara mereka.

 

Saat sore menjelang, Rizki merasa lebih dekat dengan Sofia. Dia menyadari bahwa mencintai bukan hanya tentang kata-kata manis, tetapi juga tentang tindakan nyata. Rizki bertekad untuk terus menghargai setiap momen yang ada. Dia ingin menjadi partner yang lebih baik, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk Sofia.

 

Malamnya, Rizki pulang dengan perasaan lega. Ia merasa bahwa langkah-langkah kecil yang ia ambil hari ini telah membawanya lebih dekat kepada Sofia. Dalam hati, ia berjanji untuk terus berusaha menciptakan hubungan yang saling menghargai. Ia tahu bahwa cinta sejati memerlukan kerja keras dan komitmen, dan ia siap untuk menghadapi tantangan itu bersama Sofia.

 

Rizki menyadari bahwa dalam menghargai Sofia, ia tidak hanya menemukan kembali cinta dalam hubungan mereka, tetapi juga belajar untuk mencintai dirinya sendiri. Ini adalah perjalanan baru, di mana pengorbanan dan keikhlasan menjadi landasan bagi cinta yang tulus. Ia merasa optimis tentang masa depan, percaya bahwa dengan menghargai satu sama lain, mereka akan dapat melalui semua rintangan yang ada.

 

Bab 35: Cinta yang Terlahir Kembali

 

Setelah momen-momen penting yang mengubah cara pandangnya tentang cinta, Rizki kini bertekad untuk membangun kembali kepercayaan dan cinta dalam pernikahan mereka. Ada keyakinan baru yang tumbuh di dalam dirinya, mendorongnya untuk melangkah maju dengan harapan dan tekad yang kuat. Dia tahu bahwa cinta tidak hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang tindakan nyata.

 

Hari-hari setelah akhir pekan mereka di penginapan, Rizki berusaha keras untuk menciptakan momen-momen yang berarti dalam hidupnya dan Sofia. Setiap pagi, ia berusaha untuk memulai hari dengan memberi perhatian lebih pada Sofia. Sarapan yang dimasak dengan penuh cinta menjadi rutinitas baru. Dia ingin menunjukkan betapa berharganya Sofia dalam hidupnya, serta komitmennya untuk memperbaiki hubungan mereka.

 

Suatu pagi, saat Rizki menyiapkan sarapan, ia melihat Sofia yang sedang mengerjakan pekerjaannya di meja. Meski tampak sibuk, ada ketenangan di wajahnya. Rizki merasa bersyukur bisa melihat Sofia setiap hari. “Sofia, aku ingin kita memiliki waktu khusus bersama akhir pekan ini. Mungkin kita bisa pergi ke tempat yang kita sukai?” tanyanya dengan antusias. Sofia mengangkat wajahnya dan tersenyum, “Tentu, itu ide yang bagus!”

 

Rizki mulai merencanakan akhir pekan yang spesial, termasuk kunjungan ke pantai tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama di awal pernikahan. Ia percaya bahwa kembali ke tempat penuh kenangan dapat membantu mereka memperbarui ikatan cinta yang sempat pudar. Sepanjang minggu itu, Rizki menyibukkan diri dengan persiapan—mulai dari menyiapkan makanan untuk piknik hingga membawa permainan yang mereka nikmati saat dulu.

 

Akhir pekan pun tiba, dan suasana ceria langsung menyelimuti mereka saat tiba di pantai. Suara ombak dan angin sepoi-sepoi membawa ketenangan. Rizki melihat Sofia tampak bahagia, dan ia merasa senang bisa memberikan momen ini untuknya. “Aku ingat saat kita pertama kali datang ke sini. Kita bermain di pasir dan membuat istana!” Sofia berkata dengan senyuman yang menawan.

 

“Ya, aku ingat. Dan sekarang, aku ingin kita menciptakan lebih banyak kenangan seperti itu,” jawab Rizki, merasakan semangat yang membara. Mereka menghabiskan waktu bermain di pasir, berbagi tawa dan cerita, serta menikmati makanan yang dibawa Rizki. Dalam setiap interaksi, Rizki merasa ada koneksi yang semakin kuat.

 

Setelah makan siang, mereka berjalan-jalan di tepi pantai. Rizki mengambil tangan Sofia, dan mereka berjalan berdampingan. Saat matahari mulai terbenam, Rizki berhenti sejenak, menatap Sofia. “Sofia, aku ingin kamu tahu betapa aku menghargai semua yang kau lakukan. Aku berjanji untuk berusaha lebih keras agar hubungan kita bisa lebih baik,” ungkapnya, menyampaikan ketulusan dari hatinya.

 

Sofia menatapnya dengan mata berbinar, “Aku juga ingin kita bisa saling mendukung dan memahami satu sama lain lebih baik. Rasanya, kita sudah mulai melangkah ke arah yang benar.” Rizki merasakan harapan tumbuh dalam dirinya, seolah cinta yang terpendam mulai terlahir kembali. Mereka berbagi pelukan hangat saat matahari terbenam, dan Rizki merasa bahwa setiap detik yang mereka habiskan bersama sangat berharga.

 

Malam itu, saat mereka kembali ke penginapan, Rizki mengajak Sofia untuk berbincang lebih dalam. “Sofia, mari kita bicarakan tentang apa yang bisa kita lakukan untuk memperkuat hubungan kita. Apa yang kau harapkan dariku?” tanyanya. Sofia terlihat berpikir sejenak, sebelum menjawab, “Aku berharap kita bisa lebih terbuka satu sama lain. Terkadang, aku merasa kesulitan untuk mengungkapkan apa yang ada di pikiranku.”

 

Rizki mengangguk, meresapi setiap kata yang diucapkan Sofia. “Aku berjanji akan berusaha mendengarkan lebih baik. Kita harus saling mendukung untuk berbagi apa pun, baik itu suka maupun duka,” jawabnya. Mereka kemudian sepakat untuk melakukan sesi pembicaraan rutin, di mana mereka bisa saling mengungkapkan perasaan tanpa takut dihakimi.

 

Dalam minggu-minggu berikutnya, Rizki berusaha keras untuk mewujudkan komitmennya. Dia mulai mengatur waktu untuk berkomunikasi dengan lebih baik. Mereka melakukan sesi pembicaraan itu setiap akhir pekan, di mana mereka saling menceritakan perasaan dan pengalaman mereka. Hal ini menjadi jembatan bagi mereka untuk memahami satu sama lain lebih dalam.

 

Sofia mulai membuka diri tentang kekhawatirannya, termasuk rasa tidak amannya yang muncul dari pengalaman masa lalu. Rizki mendengarkan dengan penuh perhatian, dan dia berusaha untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga memberikan dukungan. Dia memberi tahu Sofia bahwa ia akan selalu ada untuknya, apapun yang terjadi.

 

Satu malam, saat Rizki sedang menyiapkan makan malam, Sofia datang dan memberikan sebuah catatan kecil. “Ini untukmu,” katanya dengan senyuman. Rizki membuka catatan itu dan membaca: “Terima kasih telah berusaha. Aku percaya kita bisa melewati ini bersama.” Kata-kata itu menyentuh hatinya, dan Rizki merasa semakin bersemangat untuk terus berjuang.

 

Suatu hari, Rizki mendapat ide untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka dengan cara yang istimewa. Dia mulai merencanakan kejutan untuk Sofia. Dengan bantuan beberapa teman dekat, Rizki mengatur sebuah pesta kecil di rumah, mengundang orang-orang terdekat mereka. Rizki ingin menunjukkan betapa ia menghargai Sofia dan memperingati perjalanan cinta mereka.

 

Ketika hari itu tiba, Sofia sangat terkejut melihat teman-teman dan keluarga berkumpul di rumah. Rizki berdiri di tengah ruangan, menantinya dengan senyuman. “Selamat ulang tahun pernikahan kita, Sofia. Aku ingin merayakannya dengan cara yang spesial karena kau layak mendapatkannya,” ungkapnya dengan tulus. Sofia meneteskan air mata bahagia, merasa terharu oleh perhatian dan usaha Rizki.

 

Malam itu, mereka berbagi cerita, tawa, dan momen berharga bersama orang-orang terkasih. Rizki melihat Sofia bersinar lebih dari sebelumnya, dan ia merasa semakin yakin bahwa cintanya telah terlahir kembali. Dengan setiap interaksi, ia merasakan cinta yang tulus dan keinginan untuk melanjutkan perjalanan ini bersama.

 

Saat malam berakhir dan tamu-tamu pulang, Rizki dan Sofia duduk bersama di balkon, mengamati bintang-bintang. Rizki merasakan kedamaian yang belum pernah ia alami sebelumnya. “Sofia, aku berjanji akan terus berusaha untuk kita. Aku ingin kita selalu saling menghargai dan mendukung satu sama lain,” ujarnya.

 

“Dan aku akan melakukan hal yang sama, Rizki. Aku percaya kita bisa melakukannya,” jawab Sofia, dengan penuh keyakinan. Rizki merangkul Sofia erat, merasakan betapa cinta mereka semakin kuat. Dengan setiap langkah yang mereka ambil, ia yakin bahwa cinta yang terlahir kembali ini akan membawa mereka pada kebahagiaan yang lebih dalam.

 

Dalam perjalanan yang penuh liku ini, Rizki menyadari bahwa cinta yang sejati memerlukan komitmen, pengorbanan, dan usaha yang konsisten. Dia tidak hanya ingin mencintai, tetapi juga menunjukkan cinta itu dengan tindakan. Cinta yang terlahir kembali ini adalah sebuah janji untuk terus berjuang, dan Rizki bertekad untuk menjadikannya nyata setiap hari.



SELESAI....

Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, BAG. 34-35"