CINTA DALAM DILEMA, BAG. 17
Bab 17: Cinta yang Tulus
Setelah pertemuan yang
menegangkan dengan keluarga Sofia, Rizki merasa beban di pundaknya semakin
berat. Meskipun Aisha memberinya dukungan, ia tahu bahwa situasi ini memerlukan
keputusan yang cepat dan tegas. Di tengah kerumitan itu, Aisha bertekad untuk
menunjukkan cinta tulusnya kepada Rizki, bahkan jika itu berarti mengambil
risiko yang tinggi.
Hari-hari setelah
pertemuan itu, Aisha seringkali menghabiskan waktu dengan Rizki. Ia ingin
menunjukkan bahwa cinta sejatinya tidak akan goyah meskipun ada tekanan dari
pihak lain. Suatu sore, saat mereka berjalan di taman, Aisha menggenggam tangan
Rizki dengan lembut. “Rizki, aku tahu situasi kita tidak mudah. Tetapi aku
ingin kamu tahu bahwa aku di sini untukmu,” katanya dengan tulus.
Rizki menatap Aisha,
merasa terharu. “Aku juga ingin kamu tahu betapa aku menghargaimu. Tetapi aku
tidak ingin kamu merasa terjebak dalam situasi ini,” ucapnya, berusaha jujur.
Aisha tersenyum,
meskipun ada kilatan kesedihan di matanya. “Aku tahu risiko ini. Namun, aku
percaya pada kita. Cinta yang tulus tidak akan pernah berhenti berjuang,”
ujarnya dengan keyakinan yang menguatkan.
Setelah beberapa hari,
Aisha mengajak Rizki untuk menghadiri acara amal yang diadakan oleh komunitas
mereka. “Aku pikir ini kesempatan baik untuk menunjukkan kepada semua orang
bahwa kita bersama,” katanya, rencana itu jelas menunjukkan keinginannya untuk
terbuka tentang hubungan mereka.
Rizki merasa sedikit
cemas, tetapi juga terharu dengan tekad Aisha. “Baiklah, aku akan mengikutimu.
Kita bisa membuktikan bahwa cinta kita kuat,” jawabnya, berusaha meredakan
kekhawatirannya.
Hari acara tiba, dan
suasana di lokasi acara begitu ramai. Banyak teman-teman dan keluarga yang
hadir, dan Aisha tampak bersemangat. Rizki berusaha menahan rasa gugup, tetapi
saat melihat Aisha yang bersinar, ia merasa terinspirasi untuk lebih percaya
diri.
Setelah acara dimulai,
Aisha berdiri di samping Rizki, mengedarkan senyum kepada semua orang. “Rizki,
mari kita bantu mereka yang membutuhkan. Kita bisa menunjukkan bahwa cinta kita
tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain,” ujarnya,
semangatnya menular kepada Rizki.
Rizki mengangguk,
tergerak oleh semangat Aisha. Mereka berdua mulai berpartisipasi dalam kegiatan
amal, membantu mengumpulkan sumbangan dan memberikan makanan kepada yang
membutuhkan. Dalam momen-momen ini, Rizki merasakan kehangatan cinta Aisha yang
tulus. Ia melihat betapa Aisha mencintai orang-orang di sekitar mereka, dan hal
itu semakin menegaskan rasa cintanya.
Namun, saat mereka
tengah asyik berpartisipasi, Rizki tidak bisa menghindar dari bayangan Sofia.
Ia khawatir tentang reaksi Sofia jika melihat mereka berdua bersama. Apakah ia
akan merasa tersakiti? Atau akan ada momen canggung yang akan memperburuk
keadaan?
Di tengah kesibukan
acara, Aisha melihat Rizki terdiam. “Kau baik-baik saja? Kau terlihat berpikir
keras,” tanyanya dengan lembut, menyentuh lengan Rizki.
“Ya, aku baik. Hanya
saja, aku khawatir tentang Sofia. Aku tidak ingin dia merasa ditinggalkan,”
Rizki mengungkapkan, nada suaranya penuh ketegangan.
Aisha mengangguk,
matanya menunjukkan pengertian. “Aku paham. Namun, kita tidak bisa hidup dalam
bayang-bayang orang lain. Cinta yang tulus akan mampu mengatasi semua
rintangan,” jelasnya, berusaha meneguhkan hati Rizki.
Ketika acara
berlangsung, sebuah pengumuman dibuat. Pihak penyelenggara mengundang beberapa
orang untuk berbicara tentang pengalaman mereka dalam beramal. Aisha menatap
Rizki, “Bagaimana kalau kita berdua maju dan berbagi cerita?” tanyanya,
semangatnya terpancar.
Rizki merasa ragu.
“Aku tidak tahu, Aisha. Jika kita berbicara di depan semua orang, itu bisa
membuat situasi semakin rumit,” jawabnya, merasa terjebak antara keinginan
Aisha dan kekhawatirannya sendiri.
“Percayalah padaku,
Rizki. Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan cinta kita kepada dunia. Kita
harus berani!” Aisha membujuknya dengan semangat yang menyala. Rizki melihat
keyakinan di wajah Aisha dan akhirnya mengangguk setuju.
Saat mereka berdiri di
atas panggung, Rizki merasakan detak jantungnya semakin cepat. Aisha mengambil
mic dan memulai. “Terima kasih telah mengundang kami di sini. Kami sangat
senang bisa berkontribusi untuk acara ini,” katanya dengan percaya diri.
Setelah itu, ia
menoleh kepada Rizki dan memberinya kesempatan untuk berbicara. Rizki menarik
napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya. “Kami di sini bukan hanya
untuk memberikan sumbangan, tetapi juga untuk berbagi cinta. Cinta tidak selalu
mudah, tetapi itu membuat kita berani untuk melakukan yang terbaik bagi orang
lain,” ucapnya, berusaha menyampaikan perasaannya.
Ketika mereka
berbicara, Rizki merasakan pandangan orang-orang di sekelilingnya. Beberapa
teman mereka terlihat tersenyum, tetapi Rizki juga melihat wajah Sofia di
kerumunan. Matanya terlihat penuh emosi, dan itu membuat jantung Rizki berdegup
lebih cepat. Ia tahu bahwa ini bisa jadi momen yang sangat menentukan.
Setelah mereka selesai
berbicara, Aisha memeluk Rizki. “Kau melakukannya dengan baik, Rizki! Aku bangga
padamu,” katanya, senyumnya memancarkan kebahagiaan. Namun, saat Rizki melihat
ke arah Sofia, ia melihat ekspresi campur aduk di wajah sahabatnya.
Sofia mendekat dengan
langkah hati-hati. “Hai, Rizki. Aisha. Terima kasih atas semua yang kalian lakukan
hari ini,” ucapnya, mencoba terlihat tenang meskipun jelas ada rasa sakit yang
tersembunyi di balik senyumnya.
“Aku senang kamu
datang, Sofia,” Aisha menjawab dengan tulus. “Kami ingin menunjukkan bahwa
cinta dan persahabatan adalah hal yang bisa kita jalani bersamaan.”
Rizki merasakan
ketegangan di antara mereka. Ia tahu bahwa Sofia masih berjuang dengan
perasaannya, dan ini bisa jadi momen yang sangat emosional. “Sofia, aku ingin
kau tahu bahwa aku menghargai persahabatan kita,” Rizki mengungkapkan, berusaha
untuk tidak memperburuk keadaan.
Sofia mengangguk,
tetapi air mata mulai mengalir di pipinya. “Aku tahu. Tetapi ini semua sangat
sulit bagiku. Melihat kalian berdua bersama membuatku merasa… hancur,” ujarnya,
suaranya bergetar.
Rizki merasa hatinya
remuk melihat sahabatnya dalam keadaan seperti itu. “Sofia, aku tidak ingin
menyakiti perasaanmu. Ini semua adalah keputusan yang sulit bagi kami,” Rizki
menjelaskan, mencoba menenangkan situasi.
Aisha menambahkan,
“Sofia, kita semua memiliki perasaan. Aku tidak ingin kau merasa diabaikan.
Kita masih bisa berteman meskipun keadaan ini berubah.”
Percakapan itu menjadi
semakin emosional. Rizki merasakan pertempuran antara rasa cinta dan rasa
tanggung jawab. Ia ingin Sofia merasa baik, tetapi ia juga tidak bisa
mengabaikan perasaannya terhadap Aisha. Dalam situasi seperti ini, Rizki tahu
bahwa cinta yang tulus tidak hanya berarti bersatu, tetapi juga menghargai
perasaan semua orang yang terlibat.
Setelah beberapa saat,
Sofia menghapus air matanya. “Aku butuh waktu untuk mencerna semuanya. Tetapi
aku ingin kalian tahu bahwa aku berharap yang terbaik untuk kalian,” ucapnya,
mencoba tersenyum meski jelas ada kesedihan di matanya.
Rizki merasa lega
mendengar itu. “Terima kasih, Sofia. Aku akan selalu ada untukmu,” jawabnya,
berharap bahwa mereka bisa menemukan cara untuk tetap saling mendukung meskipun
situasi ini sulit.
Setelah acara
berakhir, Rizki dan Aisha melangkah pergi, saling berpegangan tangan. Meskipun
ada ketegangan yang tersisa, mereka merasa lebih kuat bersama. “Terima kasih
telah menunjukkan cintamu dengan cara yang tulus, Aisha. Aku tidak bisa meminta
lebih dari itu,” Rizki mengungkapkan, hatinya penuh rasa syukur.
Aisha tersenyum, “Aku
akan selalu berjuang untuk kita. Cinta yang tulus harus berani, dan kita akan
menghadapi apa pun bersama.”
Rizki merasa bahwa di tengah semua kesulitan ini, ia memiliki Aisha di sisinya. Dengan tekad baru, ia siap untuk menghadapi tantangan berikutnya, percaya bahwa cinta yang tulus akan membawa mereka menuju kebahagiaan yang sejati, meskipun jalan yang harus dilalui tidaklah mudah.
Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, BAG. 17"
Posting Komentar