CINTA DALAM DILEMA, BAG. 16
Bab 16: Pertemuan dengan Keluarga
Beberapa minggu
setelah pertemuan emosional antara Rizki dan Sofia, suasana di antara mereka
tampak lebih tenang. Sofia mulai berusaha untuk menerima perasaan Rizki
terhadap Aisha, sementara Rizki berusaha untuk menjaga pertemanan mereka.
Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Suatu sore, saat Rizki sedang
bersantai di rumah, ia menerima pesan dari Sofia yang membuat jantungnya
berdegup kencang.
“Hai Rizki, aku ingin
mengajakmu bertemu keluargaku. Mereka ingin mengenal teman-temanku lebih dekat.
Bagaimana?” pesan itu tertera di layar ponselnya. Rizki merasa seolah-olah
dunia di sekitarnya berputar. Pertemuan dengan keluarga Sofia bukan hanya
sekadar pertemuan biasa; itu bisa berarti banyak bagi hubungan mereka, terutama
di tengah situasi yang rumit ini.
Rizki terdiam sejenak,
merenungkan apa yang harus ia lakukan. Di satu sisi, ia merasa terhormat dan
senang mendapat kesempatan untuk lebih dekat dengan keluarga Sofia. Namun, di
sisi lain, ia khawatir bahwa pertemuan ini akan memperkeruh keadaan. Ia tahu
bahwa Sofia masih berjuang dengan perasaannya, dan kehadirannya di sana bisa
menambah tekanan.
Setelah berhari-hari
berfikir, Rizki memutuskan untuk menerima ajakan Sofia. Ia merasa bahwa ia
tidak bisa terus menghindar, dan ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa
ia menghargai persahabatan mereka. “Baiklah, Sofia. Aku akan datang. Kapan kita
bertemu?” balas Rizki, berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Malam pertemuan tiba,
dan Rizki merasa cemas. Ia mengenakan pakaian yang rapi, berusaha terlihat baik
di depan keluarga Sofia. Saat ia tiba di rumah Sofia, ia disambut dengan
senyuman hangat dari ibu Sofia. “Selamat datang, Rizki! Sofia sudah banyak
bercerita tentangmu,” katanya, memberi Rizki rasa nyaman meski ada rasa tegang
di dalam hati.
Sofia muncul dengan
senyuman, meskipun ada kecemasan di matanya. “Rizki, ini adalah keluargaku. Ini
ibuku, dan ini ayahku,” ia memperkenalkan, dan Rizki menyapa mereka dengan
sopan.
Mereka duduk di ruang
tamu yang nyaman, dikelilingi oleh dekorasi yang penuh warna. Ibu Sofia mulai
menyiapkan hidangan, sementara ayah Sofia mulai mengajukan pertanyaan kepada
Rizki. “Jadi, Rizki, apa yang kamu lakukan saat ini? Apakah kamu sedang kuliah
atau bekerja?”
Rizki menjawab dengan
antusias, mencoba untuk tidak terlihat gugup. Namun, setiap pertanyaan terasa
semakin berat, seolah-olah ia sedang dihakimi. “Saya bekerja di perusahaan
desain. Saya sangat menikmati apa yang saya lakukan,” jawabnya, meskipun dalam
hatinya ada rasa cemas mengenai masa depannya dengan Sofia.
Sofia duduk di
sebelahnya, memberikan dukungan tanpa kata. Namun, saat ayahnya menanyakan
tentang masa depan Rizki, pertanyaan itu langsung membuat Rizki terdiam.
“Apakah kamu sudah memikirkan untuk menikah? Sofia sudah menjelaskan bahwa
kalian dekat,” tanya ayah Sofia dengan serius.
Rizki merasakan
jantungnya berdegup kencang. Ia tidak siap untuk menjawab pertanyaan semacam
itu. Dalam hati, ia teringat pada Aisha dan semua perasaan yang bersarang di
dalamnya. “Belum ada rencana untuk itu, Pak. Saya masih fokus pada karir saya,”
jawab Rizki, berusaha mengalihkan perhatian.
Setelah beberapa saat
berbincang, Sofia mengajak Rizki keluar ke taman belakang. “Maaf kalau
suasananya sedikit tegang. Aku tahu mereka cukup penasaran,” Sofia berkata,
berusaha meredakan ketegangan yang terjadi.
“Tidak apa-apa, Sofia.
Aku hanya merasa terjebak. Ini semua… sulit,” Rizki menjawab, mengeluh. “Aku
merasa seperti harus membuat keputusan besar, dan semua ini menambah tekanan.”
Sofia mengangguk,
terlihat mengerti. “Aku tahu. Dan aku tidak ingin memaksamu. Ini hanya
pertemuan keluarga biasa, tetapi aku ingin mereka mengenal orang yang berarti
dalam hidupku,” jelas Sofia, matanya penuh harapan.
Rizki merasakan berat
di dadanya. “Tapi aku tidak ingin kamu merasa tertekan, Sofia. Aku menghargai
kita sebagai sahabat, tetapi situasi ini rumit,” Rizki mengungkapkan, merasa
sedikit lega bisa berbagi beban.
Setelah
berbincang-bincang, mereka kembali ke dalam rumah. Suasana terasa sedikit lebih
santai, dan Rizki mencoba mengendalikan rasa gugupnya. Mereka melanjutkan
percakapan ringan, tetapi di dalam hati Rizki, pertanyaan tentang masa depan
tetap membayang.
Saat malam semakin
larut, Rizki menyadari bahwa ia perlu mengambil langkah tegas. Setelah
pertemuan berakhir, ia harus berbicara dengan Aisha tentang apa yang terjadi.
Ia tidak ingin ada yang merasa tersakiti, dan jujur pada diri sendiri adalah
hal yang paling penting.
Ketika Rizki kembali
ke rumah, pikirannya terus dipenuhi oleh pertemuan tersebut. Ia merasa bahwa
Sofia menginginkan lebih dari sekadar persahabatan, dan itu membuatnya bingung.
Dalam hati, ia tahu bahwa ia harus memberikan penjelasan kepada Sofia agar
semuanya jelas.
Malam itu, Rizki
menelpon Aisha. “Aisha, bisakah kita bertemu? Aku perlu berbicara denganmu
tentang sesuatu yang penting,” katanya, berusaha terdengar tenang meskipun
hatinya bergetar.
Keesokan harinya,
mereka bertemu di kafe favorit mereka. Aisha tampak ceria, tetapi Rizki bisa
merasakan ada yang berbeda dalam sikapnya. “Hai, Rizki! Senang bisa bertemu.
Apa yang ingin kau bicarakan?” tanyanya dengan senyum, tetapi Rizki bisa
melihat ketegangan di matanya.
“Aku ingin
membicarakan tentang pertemuanku dengan Sofia,” Rizki memulai, merasa beban di
hatinya semakin berat. “Aku merasa ada tekanan yang harus aku hadapi. Dia
menginginkan kita untuk lebih dari sekadar teman, dan aku… aku tidak tahu harus
bagaimana.”
Aisha terdiam sejenak,
merenungkan kata-kata Rizki. “Apakah kamu masih merasa terikat pada Sofia? Atau
ada perasaan yang ingin kau jelaskan?” tanyanya, suaranya lembut tetapi tegas.
“Sejujurnya, aku masih
mencintaimu, Aisha. Tetapi situasi ini sangat sulit bagiku. Sofia berharap aku
bisa menjadi lebih dari teman, tetapi aku tidak ingin menyakitinya lebih dalam
lagi,” Rizki mengungkapkan, hatinya bergetar.
“Aku mengerti. Aku
tahu ini semua sulit, Rizki. Tapi kau harus jujur dengan perasaanmu. Jika kamu
merasa lebih kuat dengan Aisha, maka aku ingin kau mengejar kebahagiaan itu,”
Aisha menjawab, memberikan dukungan yang Rizki butuhkan.
Percakapan itu membuat
Rizki merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu bahwa dengan jujur, ia bisa
menemukan jalan keluar dari situasi yang rumit ini. Namun, ia juga menyadari
bahwa apapun keputusan yang diambil, ada konsekuensi yang harus dihadapi.
Setelah pertemuan itu, Rizki merasa lebih siap untuk menghadapi kenyataan. Ia tahu bahwa keputusan sulit ini tidak akan hilang, tetapi ia akan mengambil langkah yang berani demi kebahagiaan semua pihak. Dalam hatinya, ia berharap untuk menemukan jalan yang terbaik dan bisa meraih kebahagiaan sejati, baik untuk dirinya, Sofia, maupun Aisha.
Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, BAG. 16"
Posting Komentar