CINTA DALAM DILEMA, BAG. 12

 Bab 12: Tawaran Pekerjaan

 

Hari-hari terasa berlalu dengan cepat setelah pertemuan Rizki dan Aisha di kafe itu. Meskipun mereka berusaha menjaga jarak dari Sofia, setiap detik yang mereka habiskan bersama membuat perasaan di antara mereka semakin mendalam. Namun, tiba-tiba, sebuah berita mengejutkan muncul dan mengubah dinamika yang telah mereka bangun.

 

Aisha menerima tawaran pekerjaan di sebuah galeri seni lokal yang baru dibuka di kota mereka. Berita itu membuat jantung Rizki berdebar-debar—di satu sisi, ia sangat senang untuk Aisha, tetapi di sisi lain, ia merasakan kecemasan yang mendalam. Pekerjaan itu akan membuat mereka lebih sering bertemu, tetapi juga akan memperbesar risiko hubungan mereka terbongkar.

 

“Rizki, kau harus melihat galeri ini! Mereka memiliki koleksi seni yang luar biasa, dan aku akan bertanggung jawab untuk beberapa pameran mendatang!” Aisha bercerita dengan semangat. Wajahnya bersinar, dan Rizki tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat kebahagiaan di matanya.

 

“Wow, itu luar biasa, Aisha! Aku sangat bangga padamu!” Rizki menjawab, berusaha untuk tidak menunjukkan keraguannya. “Kapan kau mulai bekerja?”

 

“Aku mulai minggu depan. Ini kesempatan yang sangat bagus untukku,” Aisha menjelaskan, matanya berbinar. Namun, di dalam hati Rizki, ada suara kecil yang bertanya-tanya bagaimana mereka akan menghadapi semua ini.

 

Saat Aisha pergi, Rizki merasakan campuran antara kegembiraan dan ketakutan. Ia tahu bahwa semakin dekat mereka, semakin besar risiko yang harus mereka hadapi. Sofia, yang tetap menjadi sahabatnya, semakin tidak berdaya dalam situasi ini. Rizki bertekad untuk menemukan cara untuk menjaga perasaannya tetap aman, sekaligus melindungi hati Sofia.

 

Minggu berikutnya, Aisha mulai bekerja di galeri. Rizki sering mengunjunginya setelah sekolah, dan setiap kali ia melihat Aisha mengenakan seragam kerjanya, hatinya berdebar-debar. Mereka menghabiskan waktu bersama, berbicara tentang seni, impian, dan rencana masa depan. Namun, di tengah kebahagiaan itu, ada rasa bersalah yang terus mengintai.

 

Suatu sore, Rizki datang ke galeri untuk memberi Aisha kejutan. Ia membawa seikat bunga segar, harapannya adalah membuat Aisha tersenyum. Ketika Aisha melihat Rizki masuk, wajahnya langsung berbinar, dan senyum lebar menghiasi bibirnya.

 

“Aku tidak percaya kau datang! Ini membuat hariku semakin cerah!” Aisha berlari menghampiri Rizki, memeluknya erat. Rizki merasakan kehangatan dari pelukan itu dan seolah semua keraguan yang ada di kepalanya menghilang seketika.

 

Setelah beberapa saat, mereka duduk di sudut galeri, dikelilingi oleh lukisan-lukisan indah. Aisha bercerita tentang pekerjaannya, bagaimana ia berinteraksi dengan seniman lokal, dan bagaimana ia bisa ikut terlibat dalam pameran seni yang akan datang. Rizki mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa bangga akan pencapaian Aisha.

 

Namun, saat mereka menikmati kebersamaan itu, Rizki tidak bisa mengabaikan rasa bersalah yang kembali muncul. “Aisha, bagaimana dengan Sofia? Kau tahu dia selalu khawatir tentang kita,” Rizki mencoba membuka percakapan yang sulit ini.

 

Aisha mendesah, wajahnya sedikit berubah. “Aku tahu, Rizki. Tapi kita tidak bisa terus bersembunyi. Ini terlalu sulit untuk ditangani sendirian.”

 

“Lalu, apa yang kita lakukan?” tanya Rizki, berusaha mencari solusi. “Apakah kita harus memberitahunya sekarang?”

 

“Aku tidak tahu. Mungkin kita bisa menunggu sedikit lebih lama. Sekarang, biarkan aku menikmati momen ini bersamamu,” jawab Aisha, kembali tersenyum. Rizki merasa terjebak antara perasaannya dan tanggung jawab sebagai sahabat.

 

Hari-hari berlalu dan Aisha semakin sering mengundang Rizki ke galeri. Setiap kunjungan menjadi semakin menyenangkan, namun juga semakin rumit. Setiap kali Rizki melihat Aisha berdedikasi dalam pekerjaannya, rasa cintanya semakin dalam, tetapi pada saat yang sama, ia juga semakin merasa bersalah terhadap Sofia.

 

Suatu malam, Aisha mengajak Rizki untuk menghadiri pembukaan pameran seni di galeri. “Aku ingin kau datang dan melihat semua yang telah kulakukan!” serunya penuh semangat. Rizki tahu itu adalah kesempatan yang baik untuk mendukung Aisha, tetapi bayangan Sofia selalu menghantuinya.

 

Di hari pameran, galeri dipenuhi orang-orang. Aisha tampak anggun dalam balutan dress sederhana, dan Rizki tidak bisa mengalihkan pandangannya darinya. Ketika mereka berdiri di depan lukisan-lukisan yang dipamerkan, Rizki merasakan betapa berartinya momen itu bagi Aisha. Senyum di wajah Aisha membuatnya merasa bangga dan bahagia.

 

“Rizki, terima kasih sudah datang. Ini adalah hari terpenting dalam hidupku,” Aisha mengatakannya dengan tulus, menyentuh tangan Rizki. Jari-jari mereka saling menyentuh, dan jantung Rizki berdebar kencang.

 

Namun, saat suasana semakin meriah dan teman-teman Aisha mulai mengelilingi mereka, Rizki merasa gelisah. Ia melihat Sofia di kerumunan, berbicara dengan beberapa temannya. Meskipun Sofia tampak bahagia, ada sesuatu di dalam hati Rizki yang membuatnya merasa tidak nyaman.

 

Seiring malam berlanjut, Rizki berusaha menikmati waktu bersama Aisha, tetapi pikirannya terus kembali kepada Sofia. Apakah ia akan tahu? Bagaimana jika Sofia mendengar tentang hubungan mereka dari orang lain? Ketakutan itu terus menerus menghantuinya.

 

Ketika pameran berakhir, Rizki dan Aisha berjalan pulang bersama. Malam itu, suasana menjadi tenang, tetapi pikiran Rizki terus berputar. “Aisha, kita harus berbicara dengan Sofia. Aku tidak bisa terus bersembunyi seperti ini,” ungkapnya, suaranya penuh ketegasan.

 

Aisha menatapnya, matanya penuh kekhawatiran. “Apakah sekarang waktu yang tepat? Kita baru saja memulai ini,” katanya dengan lembut.

 

Rizki menghela napas. “Aku tidak ingin menyakiti siapa pun, tetapi kita tidak bisa terus hidup dalam kebohongan. Jika kita ingin ini berhasil, kita harus jujur,” ujarnya. Aisha terdiam, sepertinya berpikir keras. Rizki tahu bahwa keputusan ini akan mengubah segalanya.

 

Akhirnya, Aisha mengangguk pelan. “Baiklah. Kita akan melakukannya. Tapi kita harus mempersiapkan diri untuk semua kemungkinan.” Rizki merasakan beban di hatinya sedikit berkurang. Mereka berdua tahu bahwa kejujuran adalah satu-satunya jalan untuk melanjutkan hubungan ini.

 

Dengan tekad baru, Rizki dan Aisha berjalan pulang, siap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan mereka. Mereka tahu bahwa cinta mereka kuat, tetapi juga menyadari bahwa kejujuran adalah fondasi yang harus mereka bangun agar cinta itu dapat bertahan. Dalam hati, Rizki berdoa agar mereka bisa menghadapi semua dengan keberanian, dan menemukan cara untuk mengatasi segala rintangan yang menghadang..



Bersambung....

Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, BAG. 12"