CINTA DALAM DILEMA, BAB 21
Bab 21: Sofia Mencurigai
Hari-hari berlalu, dan
di balik senyum manisnya, Sofia merasakan kegelisahan yang semakin mengganggu.
Sejak Rizki kembali dari pertemuan dengan Aisha, ada sesuatu yang berbeda dalam
diri Rizki. Perubahan kecil dalam perilakunya mulai menciptakan keraguan di
benak Sofia. Ia merasa seperti ada jarak yang tumbuh di antara mereka, meskipun
Rizki berusaha bersikap biasa.
Sofia, yang biasanya
percaya pada kejujuran Rizki, kini merasa ragu. Hatinya mulai berbicara,
mengingatkan bahwa sesuatu mungkin tidak berjalan seperti yang seharusnya. Ia
ingat betul bagaimana Rizki selalu menjadi sosok yang terbuka dan jujur, tetapi
belakangan ini, ia sering terlihat gelisah dan cemas. Hal ini membuat Sofia
semakin curiga.
Suatu sore, saat
mereka bertemu di sebuah kafe, Sofia memutuskan untuk mengamati Rizki lebih
seksama. Rizki tampak tersenyum, tetapi mata yang biasanya ceria itu tampak
berkilau dengan keraguan. Sofia merasa hatinya bergetar. “Ada yang ingin kau
bicarakan, Rizki?” tanyanya, berusaha terdengar santai meski hatinya berdebar.
“Tidak ada, semuanya
baik-baik saja,” jawab Rizki, namun nada suaranya tidak sepenuhnya meyakinkan.
Sofia menangkap kejanggalan itu dan merasakan sesuatu yang lebih dalam.
Malam itu, Sofia tidak
bisa tidur. Ia terjaga, memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Apa
yang sebenarnya terjadi antara Rizki dan Aisha? Kenapa Rizki tampak berbeda?
Dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggantung di benaknya, Sofia mulai menyusun
rencana untuk mencari tahu lebih dalam.
Keesokan harinya,
Sofia memutuskan untuk mengunjungi teman-teman dekatnya, terutama Aira, sahabatnya.
Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang mereka sukai. Sofia tahu bahwa Aira
selalu memiliki wawasan yang baik dan bisa membantunya meredakan kegelisahan.
Saat mereka duduk,
Sofia tidak dapat menahan diri untuk membahas tentang Rizki. “Aira, apakah kau
pernah merasa ada yang tidak beres dalam hubunganmu?” tanyanya, menatap
sahabatnya dengan serius.
Aira menatapnya dengan
cermat. “Kenapa kau bertanya? Apakah ada sesuatu yang mengganggumu tentang
Rizki?”
Sofia mengangguk,
menyatakan keraguannya. “Aku merasa belakangan ini ada sesuatu yang berubah
dalam dirinya. Dia tampak lebih tertutup dan tidak seperti biasanya,” ucapnya,
matanya penuh kekhawatiran.
“Coba kau bicarakan
langsung dengan dia. Tanyakan apa yang terjadi. Jangan sampai asumsi yang salah
membuatmu semakin jauh,” saran Aira, berharap bisa menenangkan hati Sofia.
Namun, Sofia merasa
tidak bisa langsung bertanya. Ia ingin memastikan kecurigaannya sebelum
mengambil langkah tersebut. Setelah berbincang-bincang, Sofia pulang dengan
keputusan untuk mengawasi Rizki dan mencari tahu lebih banyak tentang hubungan
Rizki dan Aisha.
Hari-hari berikutnya,
Sofia memperhatikan Rizki lebih teliti. Ia mulai memperhatikan semua perilaku
kecil yang mungkin terlewatkan sebelumnya. Rizki sering kali menerima pesan di
ponselnya, dan setiap kali Sofia bertanya tentang pesan tersebut, Rizki selalu
berkilah, mengatakan itu hanya dari teman-temannya.
Di sisi lain, Sofia
mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Aisha. Ia bertanya pada
teman-temannya dan mencoba mencari tahu apakah ada yang mengetahui lebih banyak
tentang hubungan mereka. Sofia merasa perlu mencari kebenaran, dan meskipun ia
tahu itu bisa menyakiti Rizki, ia merasa harus tahu apa yang sebenarnya
terjadi.
Suatu hari, saat Sofia
sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, ia tidak sengaja melihat Rizki dan
Aisha sedang berbincang di sebuah kafe. Hatinya berdebar kencang. Sofia
memutuskan untuk mengintip dari jauh, menyaksikan interaksi mereka. Ia melihat
Rizki tersenyum lebar, tampak lebih santai dibanding saat bersamanya. Melihat
momen itu, perasaan cemburu dan kesedihan bercampur aduk dalam dirinya.
Sofia mencoba menahan
air mata yang ingin jatuh. “Apa yang terjadi pada hubungan kami?” pikirnya.
Dalam keadaan emosional, ia mengambil keputusan untuk mendekat dan mendengarkan
percakapan mereka.
“Rizki, aku
benar-benar senang bisa berbicara denganmu seperti ini. Kau tahu, aku merasa
kita memiliki ikatan yang kuat,” Aisha berkata, suaranya lembut dan penuh
harapan.
Rizki terlihat sedikit
ragu, tetapi senyumnya tidak pudar. “Aku juga merasa begitu, Aisha. Tetapi kita
harus hati-hati. Ada banyak hal yang perlu kita pertimbangkan,” jawabnya.
Mendengar kata-kata
itu, Sofia merasa hatinya seolah diremas. Ia tahu bahwa Rizki tidak berbicara
tentang perasaan semata, tetapi juga tentang tanggung jawab dan komitmen. Momen
itu semakin menguatkan rasa curiganya. Sofia memutuskan untuk pergi dari tempat
itu, berusaha menahan air mata yang mengalir di pipinya.
Setelah kembali ke
rumah, Sofia merasa hatinya hancur. Ia tidak ingin percaya bahwa Rizki bisa
bersikap seperti itu. Ia merasa cemburu, marah, dan sekaligus sangat sedih.
“Apakah Rizki benar-benar mencintaiku?” pikirnya, merasakan keraguan yang
dalam.
Malam itu, Sofia tidak
bisa tidur. Dalam kegelapan, ia terus memikirkan semua yang terjadi. Apakah ia
harus berbicara dengan Rizki tentang apa yang ia lihat? Atau ia harus mencari
bukti lebih lanjut sebelum mengambil langkah? Sofia merasa bingung, tetapi satu
hal yang pasti, ia tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian.
Keesokan harinya,
Sofia memutuskan untuk bertanya pada Rizki. Namun, ia ingin melakukannya dengan
cara yang tidak mengundang kecurigaan. Ia mengundang Rizki untuk bertemu di
tempat mereka biasa berkumpul, berharap bisa menemukan cara untuk membahas
situasi ini tanpa menimbulkan konflik.
Saat mereka bertemu,
suasana tampak canggung. Sofia berusaha untuk bersikap santai meskipun hatinya
berdebar kencang. “Rizki, bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak menghabiskan
waktu bersama,” ucapnya, mencoba membuka percakapan.
“Baik, Sofia. Aku
sangat sibuk belakangan ini,” jawab Rizki, nada suaranya sedikit berat. Sofia
bisa merasakan bahwa Rizki sedang berusaha menutupi sesuatu.
“Ngomong-ngomong, aku
melihatmu dan Aisha di kafe beberapa hari yang lalu. Kalian tampak akrab,”
Sofia berkata, mengamati reaksi Rizki dengan cermat.
Rizki tampak terkejut,
dan wajahnya sedikit memucat. “Oh, itu… kami hanya berbicara tentang proyek
sekolah. Tidak ada yang penting,” jawabnya dengan nada defensif.
Sofia merasa ada yang
tidak beres. “Rizki, aku hanya ingin tahu. Apakah ada yang terjadi antara
kalian? Kau bisa jujur padaku,” tanyanya, berusaha menahan air mata yang ingin
keluar.
Rizki terdiam sejenak,
tampak bingung. “Sofia, aku tidak tahu harus bilang apa. Aisha adalah teman
baikku, dan aku menghargainya. Tapi kau juga tahu betapa aku mencintaimu,”
ujarnya, berusaha meyakinkan Sofia.
“Kalau begitu, kenapa
aku merasa ada yang tersembunyi? Kenapa kau tidak bisa membiarkan aku masuk ke
dalam dunia yang kau jalani?” Sofia merasa frustrasi, suara yang tadinya lembut
kini mulai meninggi.
“Sofia, aku tidak
bermaksud menyembunyikan apa pun darimu. Aku hanya… aku hanya merasa tertekan,”
Rizki menjawab, suaranya penuh ketidakpastian.
Sofia merasakan
hatinya bergetar. “Tekanan dari apa, Rizki? Apakah itu tentang hubungan kita
atau tentang Aisha?” tanyanya dengan penuh harapan bahwa Rizki akan jujur.
Rizki terdiam, dan
saat itu Sofia merasakan bahwa ia sedang berdiri di tepi jurang. Ia tidak ingin
mendengar sesuatu yang bisa menghancurkan hatinya. “Kau harus jujur padaku.
Jika ada sesuatu yang terjadi, lebih baik kau katakan sekarang,” desaknya.
Rizki menatap Sofia
dengan mata yang penuh keraguan. “Aku… aku hanya ingin yang terbaik untuk kita
berdua. Aku tidak ingin menyakiti siapa pun,” ucapnya, terlihat sangat bingung.
“Dan dengan berbohong,
kau berpikir itu akan menyelamatkan kita? Rizki, kejujuran adalah hal yang
paling penting dalam hubungan ini. Jika kau mencintaiku, tolong katakan yang
sebenarnya,” Sofia memohon, suaranya lembut namun penuh ketegasan.
Akhirnya, Rizki
menghela napas berat. “Baiklah, Sofia. Aku akan berusaha untuk jujur. Tetapi
kau harus tahu, ini bukanlah hal yang mudah untukku,” katanya, nada suaranya
kembali mereda.
Sofia merasakan harapan dan rasa takut bercampur aduk dalam dirinya. Ia tahu bahwa saatnya akan tiba. Saat di mana semua kebenaran harus terungkap. Dengan perasaan campur aduk, ia menunggu jawaban Rizki, berharap.
Tidak ada komentar untuk "CINTA DALAM DILEMA, BAB 21"
Posting Komentar